Friday, April 13, 2012

Zuhud dan Miskin, Beda!

Dalam catatan skul saya, DR. Musthalah Hadits dalam kuliahnya mengenai Jarah waa Ta'del menerangkan bahwa seorang ulama jarah wa ta'del ketika menta'delkan seorang perowi dengan keterangan "anahu Zahidan/zuhud" adalah penilaian yang over/berlebihan. 

Menurutnya istilah Zahid sendiri adalah suatu sifat yang kaitannya dengan hati sehingga bersifat metafisik/tidak kasatmata. Sedangkan penilaian manusia terbatas hanya pada sisi dzohirinya saja, karena untuk urusan hati hanya Allah lah semata yang Maha Tahu. 

Kriteria kezuhudan seseorang tidak dapat dinilai dari rendahnya tingkat ekonomi karena makna zuhud sendiri berbeda dengan arti fakir/miskin. Sifat zuhud hanya dimiliki oleh seseorang yang telah mampu memerdekakan hati dan fikirannya dari hal duniawi. Artinya seorang yang kaya raya dapat saja memiliki sifat zuhud jika hatinya telah merdeka dari keterikatannya dengan harta duniawi semata-mata karena Allah Swt. Sebaliknya seseorang yang secara dzohirnya miskin/fakir tidak dapat disebut zuhud juga hatinya masih terikat dengan harta duniawi. 

Untuk itu menurut beliau, ta'del zuhud dapat diganti/disingkat dengan kriteria yang lebih umum, misalnya sholeh dll. Hal ini ada kaitannya dengan doa yang selalu dilafalkan Syaikh Ali Joma: Allahumma aj'ali dunya fi aidina walaa taj'aluha fii qulubina. 

Read more...

Sunday, January 23, 2011

Dalam Kain Syariat

Dalam tatanan yurisprudensi Islam, Fiqh merupakan disiplin ilmu Islam yang sangat vital. Karena itu, kita tak mudah dengan hanya menyederhanakan ilmu tersebut sebagai tata etika yang terbatas pada tata cara sholat, tayamum dsb. Namun lebih dari itu, ia (ilmu Fiqih) mencakup segala ilmu, termasuk di dalamnya akidah, akhlaq, ibadah dan muamalah sebagaimana yang terdapat dalam dalam QS5:78. Maka, dalam hal ini Imam Abu Hanifah menamai ilmu tauhid atau ilmu kalam dengan fiqih akbar.

Akan tetapi, dalam kegiatan empiriknya, ilmu fiqih juga ternyata tidak bisa berdiri sendiri terutama ketika dihadapkan dengan zaman anyar. Terutama saat disandingkan dengan potsmodern serta seiring berkembangnya zaman. Adanya staganasi situasi pemikiran ummat serta fragmentasi kultur budaya yang selalu berubah-ubah, yang justru sebelumnya jauh dari jangkauan nalar Fiqhiyah, sehingga mau tidak mau hal tersebut menuntut kaedah/perangkat lain yang mampu menopang metode aplikasi kaidah Fiqhiyah, sehingga mampu "beradaptasi", bertahan hingga akhir zaman, sebagimana cita-cita yang terkandung Al-Qur’an dan keterangan Hadist.


Adapun perangkat yang dimaksud, terdiri dari tiga bagian utama. Pertama; Qiyas Ushul Fiqh (sebagai cikal-bakal disiplin ilmu tersebut), kedua; Qowaidul Fiqhiyah, ketiga; Maqasidh as-Syariah.

Seiring pekembangan zaman, perubahan watak, sifat dan frgamentasi sesorang, banyak diantaranya yang masih menyalah arti-aplikasikan kaidah-kaidah tersebut dalam ruang lingkup yurisprudensi Islam, utamanya dalam Qiyas serta Ushul Fiqh. Sementara itu, mereka menjadikan kedua perangkat tersebut sebagai fasislitator untuk melegalkan hukum-hukum yang sudah tetap (tsawabit). Hal ini bisa terjadi akibat kesengajaan (menghakimi hukum secara parsial atau bahkan mensalah/bebas tafsirkan), atau memang ketidak sengajaan akibat ketidak mampuan hakim dalam memahami bahasa secara baik dan benar. Saya kira banyak contoh dalam berbagai kasus seperti ini, pembaca tentunya lebih tau dan kritis.

Sebagai contoh penulis sedikit menukil tulisan Ulil dalam buletin Afkar, dia menulis dengan menqiyaskan “Islam itu sebagai kulkas dan Yurisprudensi itu diistilahkan sebagai bahan-bahan makanan/barang yang ada di dalamnya” ungkapnya.

Dalam keteranganya, dia menggambarkan, dalam kulkas terdiri dari berbagai bahan atau barang-barang sesuai tempat penyimpanannya yang berlaku, ada Plizer yang khusus untuk membuat atau mengawetkan es, ada kotak khusus buat pengawet sayuran, ada juga buat botol minuman dll yang sekdar buat pendingin saja. Nah, dari kiasan diatas, dia menggambarkan bahwa seolah-olah dalam “kulkas” yang bernam Islam terdapat bahan makanan (syariat) yang sudah tidak bisa diawetkan lagi, alasanya karena makanan tersebut akan membusuk dan sangat tidak baik bila dibiarkan berlarut-larut bahkan mungkin dia harus diganti.

Sebagai contoh; ketika dia menggambarkan hukum minum khomer. Menurutnya hukum meminum khomer jelas haramnya, walaupun pengharamanya tidak seperti hukum zina, sebagaiaman meminum khamar pernah dibolehkan pada masa perkembangan Islam di Mekah, lalu berangsur dengan membatsi pelegalanya di luar waktu sholat, hingga turun ayat selanjutnya yang mengharamkan meminum khamar secara muthlak. Yang jadi permasalahan, lantas bagaimana hukum meminum khomer ketika sedang berada di pegunungan yang amat dingin seperti daerah tibet dan himalaya, dimana khomer berpungsi sekali untuk menghangatkan tubuh dengan alasan keadaan manuasia secara biologis karena tidak bisa menahan rasa dingin yang sangat kuat ??!

Contoh selanjutnya, cadar atau jilbab. Dia menganggap jika budaya berjilbab dan bercadar merupakan produk budaya yang diadopsi dari bangsa Arab atau timur tengah. Artinya, hukum memakai jilbab merupakan hukum yang kadaluarsa, karena secara tidak langsung, aturan tersebut merupakan suatu produk budaya yang teradopsi secara “legal” oleh Islam, lalu buat apa diawetkan lagi dalam lemasan syariat kalo toh hal itu hanya produk budaya dan bertentangan dengan khalayak modernisasi. Apa tidak mungkin bila misalkan Rasul bertempat/turun di eropa yang dominan menggunakan topi sebagai alat penutup kepala lalu menjadikanya topi sebagai "jilbab" ummatnya ?????!.tuturnya.

Saya kira ungkapan-ungkapan yang tak bermutu ini cukup banyak kita temui diberbagai ranah pemikiran Muslim, dan anehnya lagi termasuk salah satun yang banyak dihgandrungi dan disebar luaskan diberbagai Universitas-universitas Islam di Indonesia.


Alasan Yang Tidak Hormat

Adanya usaha-uaha untuk merevolusi hukum-hukum Islam hingga ke dasar tanpa memperhatikan Tawabit dan muthagayirat sebagaimana yang terdapat dalam kaedah Fiqhiyah, seakan-akan menjadi sebuah keniscayaan, karena menurut mereka termasuk salah satunya para Islam Fobia termasuk juga diantaranya para teolog dan sosialis barat; mengungkapkan bahwa diantara kemunduran Islam pada aba modern ini diakibatkan berbagai hukum yang tidak mampu beradaptasi atau lebih halusnya tidak relepan lagi dalam kegiatan empiriknya diabad modern ini, dimana spirit globalisasi masyarakat yang mau tidak mau terus melaju jauh meninggalkan zaman batu.

Artinya hukum yang masih utuh itu, sudak tak layak pakai lagi, mereka mengira kita terlalu terbujur kaku kepada dogma dan trsdisi yang tak terbuka, menganggap kita terlalu inklusif dan terkekang hukum agama.

Dari beberapa pernyataan diatas yang cukup menggelitik ini, tentunya kita tidak bisa hanya sekedar menutup sebelah mata. Mengartikan anlisa mereka salah semua atau sebaliknya menganggap pernyataan meraka benar adanya, tentu adalah suatu presesi yang salah besar.

Kita harus mengakui ketika Afrika, timur tengah, atau Asia selatan yang dominan berpenduduk Muslim merupakan bangsa yang terbelakang dibanding Eropa dan Amerika dalam segala bidang, baik ekonomi politik, sains dan teknologi adalah kenyataan. Walaupun sering kali kita berkilah menyebut-nyebut jika Islampun (masyarakat muslim) lebih tepatnya, pernah juga mengalami kejayaanan saat masa ke-emas dahulu.
Lebih jelasnya ini adalah tantangan bagi kita sebagai pelajar yang getol bergelut dalam tatanan akadmis yang kayak Ilmu serta kajian Islam, yang mau tidak mau beberapa tahun kemudian kita akan dinanti-nantikan sebgai pucuk dan tunas Da'wah di bawah bayang-bayang globalisasi yang tak mengenal jarak dan waktu. Satu sama lain akan cepat bersinggungan baik agama, idiologi serta kultur budaya. Sebagaimana diramalkan Samuel Hutington dalam magum opusnya Clas of Civilization.

Kita memang tak bisa membendung budaya Amerika masuk ke Indonesia, bukan tak mungkin budaya Eropa masuk ke desa-desa. Hal ini merupakan sebuah keniscayaan dan kepastian yang tidak perlu kita salah-salahkan lagi, karena ini adalah produk globalisasi dalam ranah kebebasan sosio kultur dan politik yang tanggung meng-universal, dimana satu sama lain saling berebut pengaruh baik budaya, idiologi, bahkan agama, politik juga hasil produksi.

Tugas kita adalah sama-sama berjuang memajukan bangsa dan agama, tentunya melalui ilmu dan pendidikan yang cukup dan bermanfaat. Tentu kita akan dianggap bodoh dan culun jika peperangan idiologi lalu dilawan dengan senjata, kita akan dianggap primitif jika melawan Idiologi dengan otot besi, dikarenakan segala sesutau ada tempatnya, paling tidak, idiologi tentunya dengan idiologi, ilmu dengan ilmu, siasat dengan siasat dsbg

Adanya usaha untuk merevolusi Syariat dan wawasan Islam secara mebabi buta sebagaiman yang ditekan-kan oleh banyak kalangan, terutama orinetalis barat dan para pemuja moderenisasi, tak lain merupakan sebuah upaya dalam mendangkalakan pondasi ummat, sehingga ummat mearsa kebingungan dan meninggaklakn jauh-jauh tradisi dan aturan-aturan yang berhubungan dengan Islam Hingga Islam tinggalah kata, tinggalah situs yang tak berjejak sebagaiaman cita-cita mereka. Namun dilain hal, upaya mereka adalah sebagai bentuk dorongan untuk pendewasaan ummat ke arah yang lebih segar lagi agar tidak terlarut dalam tidur panjang yang melelahkan.

Maka dengan itu mari kita sama-sama merenung kembali, membangun kembali sepirit berbudaya dan beragama yang lama telah merapuh, sebagaiaman Rasulullah telah mewanti-wantikannya semenjak dahulu kala, dimana beliau menggambarakan bahwa “Ummat ini (syariat ini) bagaikan sehelai kain yang terdiri dari beberapa benang, lalu kain tersebut akan merapuh dan benangnya jatuh satu perastu”. Wallahua’lam

Read more...

Bendera

Biar saja ku tak seindah matahari
Tapi selalu ku coba tuk menghangatkanmu
Biar saja ku tak setegar batu karang
Tapi selalu ku coba tuk melindungimu

Biar saja ku tak seharum bunga mawar
Tapi selalu ku coba tuk mengharumkanmu
Biar saja ku tak seelok langit sore
Tapi selalu ku coba tuk mengindahkanmu

Ku pertahankan kau demi kehormatan bangsaku
Ku pertahankan kau demi tumpah darah
Semua pahlawan-pahlawanku

* Merah putih teruslah kau berkibar
Di ujung tiang tertinggi di indonesiaku ini
Merah putih teruslah kau berkibar
Di ujung tiang tertinggi di indonesiaku ini
Merah putih teruslah kau berkibar
Ku akan selalu menjagamu

By: Coklat
Read more...

Thursday, January 20, 2011

Memanusiakan Manusia


Manusia merupakan jenis makhluk Tuhan yang paling sempurna. Selain bentuk fisik, manusia dianugrahi kelebihan akal yang tidak dimiliki oleh satupun mahkluk lainya. Sehingga dengan kesempurnaan itulah, Allah mengamanati manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Dengan bekal akal, Allah bebankan manusia taklif (kewajiban-kewajiban) untuk dita'ati. Sebaliknya, dengan akalpula, manusia diberikan hak “otonom” untuk memilih jalur hidup¬ baik-buruk, iman-kufur serta pilihan hidup lainya.


Namun, akal sendiri keadaanya terbatas, tidak mutlak. Bisa salah, bisa juga benar. Untuk itu Allah mengutus para Nabi.... membawakan wahyu sebagai petunjuk dan suritauladan agar manusia senantiasa diingatkan akal dan jiwanya.
Sebaliknya, wahyu tanpa akal tidaklah tepat. Oleh karena itu, tidaklah semata-mata Allah membebani seorang hambanya, kecuali setelah matang akal dan jiwanya “baligh”.
Pencarian Jati Diri Manusia

Sejarah manusia selalu diwarnai dengan proses pencarian jati diri, tujuan hidup serta substansi dan nilai-inti kehidupanya. Ibarat tubuh yang membutuhkan makanan, minuman serta vitamin sebagai nutrisi fisik, maka ruhanipun membutuhkan nutrisi jiwa sebagai pengisi ruang hatinya “spiritual”. Hal tersebut amatlah lazim, karena dalam diri manusia terdapat nilai fitriah dan kecenderungan yang saling melengkapi, dan tak bisa dipisahkan.

Jauh-Jauh hari sebelum Karl Marx dengan pendapatnya “manusia disetir dengan perutnya (ekonomi)” atau Sigmund Frued “manusia didorong oleh keinginan sexualnya”. Islam, dengan motivasi keagamaan justru telah hadir semenjak 1400 tahun silam dengan methodenya sendiri, bagaiamana mengajarkan manusia untuk dapat menganali Penciptanya, mengenali diri dan jiwanya serta memahami kecenderuangan-kecenderungan dan berbagai potensi yang dimilikinya.

Setidaknya ada tiga metode pendekatan yang dikenal dalam Islam,--- mengenalkan manusia dengan jati diri, dan nilai inti kehidupanya.
Pertama; Pendekatan wahyu.


Melalaui pendekatan wahyu, dengan mengambil dalil-dalil tentang tujuan-tujuan hidup manusia, ajakan untuk berfikir serta petunjuk-petunjuk tentang kecenderuangan serta sifat-sifat universal manusia. Seperti kecenderuangan manausia terhadap materi, kebutuhan sex, tempat, waktu, rasa takut terhadap mati, lapar, sedih, sepi, damai, godaan syaithan, syahwat dan sebagainya.

Islam samasekali tidak mengingkari nilai fitriah serta kecenderungan-kecenderungan yang dimiliki oleh manusia tersebut. Baik itu kecenderunag terhadap materi, terhadap lawan jenis dan sebagainya. Sebaliknya, peranan wahyu justru hadir dengan memberikan prinsip dan batasan-aturan serta membimbing manusia agar dapat memahami arti kehidupan sesungguhnya, bahwa substansi hidup bukanlah terletak pada nilai materi atau duniyawinya semata, akan tetapi pada penyerahan hati, jiwa dan fisiknya terhadap Maha Pencipta.
Melalaui pendekatan wahyu, Islam memuliakan manusia, agar manusia tak sekecil harga materinya atau seharga dengan syahwat dan nafsunya. Dengan demikian, Islam mamapu menjaga nilai-tatanan serta potensi manusia dengan sebijak-bijaknya.

Kedua; Pendekatan Falsafi
Berbagai masalah kejiwaan telah dibahas melalui pandangan falsafi, yang bertolak berdasarkan hasil pemikiran para filusuf Yunani kuno. Hal tersebut ditandai dengan adanya pendapat-pendapat Aristoteles dan Plato sebagai pioner filusus Yunani kuno yang telah banyak mengupas pelbagai persoalan jiwa manusia dengan sangat logis dan terperinci.

Salahsatunya sebagaiaman tertuang dalam kitab Aristoteles De Anima (tentang hakikat jiwa dan aneka ragam kekuatannya) dan Parva Naturalia (risalah-risalah pendek mengenai persepsi inderawi dan hubungannya dengan jiwa, daya hapal dan ingatan, hakikat tidur dan mimpi, firasat dan ramalan). kemudian Plato ialah filsuf dengan pendapatnya mengenai 3 aspek jiwa manusia: rasional (berdaya pikir), animal (hewani), dan vegetatif (berdaya tumbuh).

Kemudian sekitar abad 10 Masehi, terjadi penterjemahan karya-karya filosof Yunani kuno kedalam bahasa Arab secara massif. Hal tersebut ditandai dengan lahirnya para filusuf Islam,--yang hampir semua karangan mereka tentang jiwa, banyak mengadovsi dan bertolak dari pandangan Aristoteles.

Sebut saja diantaranya; Ibnu Rusyd, yang menurutnya, jiwa adalah penyebab kehidupan. Tanpa jiwa, manusia tak berarti apa-apa. Selanjutnya, Ibnu Sina menegaskan pentingnya penyucian jiwa dengan ibadah seperti shalat dan puasa. Sebab, menurutnya, jiwa yang bersih akan mampu menangkap sinyal-sinyal dari alam ghaib yang dipancarkan melalui Akal Suci (al-‘aql al-qudsi).

Ketiga ialah pendekatan Sufistik
Penjelasan tentang jiwa manusia didasarkan pada pengalaman spiritual ahli-ahli tasawuf. Dibandingkan dengan teori para filsuf yang terkesan sangat teoritis, apa yang ditawarkan para sufi lebih praktis dan eksperimental. Menurut Abu Thalib al-Makki (w. 996), jiwa manusia sebagaimana tubuhnya membutuhkan makanan yang baik, bersih, dan bergizi. Jiwa yang tidak cukup makan pasti lemah dan mudah sakit. Semua itu diterangkan beliau dalam kitab Qut al-Qulub (‘nutrisi hati’).

Tokoh penting lainnya ialah Imam al-Ghazali (w. 1111 M) yang menguraikan dengan sangat memukau aneka penyakit jiwa dan metode penyembuhannya. Penyakit yang diderita manusia ada dua jenis, ujarnya, fisik dan psikis. Bagaimana cara mengobati penyakit-penyakit jiwa seperti egoisme, serakah, phobia, iri hati, depresi, waswas, dsb beliau jelaskan dalam kitabnya yang berjudul Ihya’ ‘Ulumiddin.

Kesimpulan
Pandangan tentang jiwa dan kemanusiaan tak bisa hanya dipahami secara parsial. Sebagaiamana pandangan Behaviorisme yang memandang manusia seolah-olah sebagai makhluk primitive yang tingkah lakunya terbentuk dari pembiasaan-pembiasaan lingkungan, meniru orang lain dsb. Atau Humanistik, yang memandang manusia sebagai makhluk yang bebas, yang bisa menentukan pilihannya sendiri. Hidup suka-suka yang penting eksistensi.

Lebih dari itu, kemanusian haruslah dipahami secara holistik. Manusia tak cukup dipelajari dengan sekedar memperhatikan gejala-gejala fisik sebagai pengaruh kehidupan parsialnya semata, melainkan sebagai bentuk pengabdian terhadap lingkungan sosial dan spiritualnya, sekaligus. Hal tersebut, erat kaitanya dengan substansi penciptaan manusia itu sendiri, yang tak lain untuk mengabdi dan beribadah kepada Penciptanya, “Dan Aku tidak Menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Azd-dzariyat: 56).
Wallahu’a’lam

Read more...

Tuesday, September 7, 2010

Mengembalikan Semangat Yang Pudar



Tulisan ini saya buat sebagai bahan renungan, setelah beberapa lamanya mengalami stagnasi akivitas kehidupan yang lama tak berkembang. Diantara salah satu problemsolving yang sering saya lakukan agar mampu keluar dan mengembalikan semangat yang pudar adalah dengan menulis. Dengan menulis setidaknya kita mampu mengeluarkan setiap unek-unek dan tekanan, terlebih kita juga dapat dengan jujur menerjemahkan apa yang tengah kita rasakan, dan hasilnya, tentu dapat menjadi bahan intropeksi diri dan menjadi peta kehidupan yang akan datang agar lebih baik lagi.

Mudah-mudahan tulisan ini, bukan sekedar bahan renungan untuk saya pribadi namun menjadi oleh-oleh hikmah bagi semua pembaca budiman.

Ok kita Mulai ya…
Dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan: Sudahkan kita ikhlas, ridhlo atas apa yang telah kita miliki? Jika sudah, mana nilai berkahmu? Jika kamu Ikhlas, mana nilai kebahagiaan itu? Jika merasa tidak bahagia, wah jangan-jangan kurang ikhlas?! Rihdakah kamu dengan segala kelebihan dan kekurangan? Tapi kenapa kamu gelisah dan susah bersabar? Kenapa lebih tertarik mengejar urusan duniawi daripada ukhrawi? Kenapa kenapa kita selalu takut jika ada orang mengetahui jatidiri kita yang sebenarnya?

Kenapa kamu tidak percaya diri terhadap apa yang kamu miliki? Jangan-jangan sudah salah niat? Sudahkah kamu mentajdid niat kamu?????!!

Pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut sungguh tidaklah mudah dicarikan jawabanya. Kecuali dengan hati yang bersih berlandaskan apa yang kita rasakah dalam kehidupan sehari-hari. Di sisni saya tidak akan menjawab satu demi satu pertanyaan-pertanyaan diatas. Akan tetapi mencoba memberikan beberapa solusi, agar suatu saat kita dapat menjawab pertanyaan tadi dengan baik sesuai apa yang kita rasakan.
Karena hidup bukan semata diartikan sebagai rutinitas saja, akan tetapai mencari substansi kehidupan, yaitu ibadah sebagai pengabdian kepada Allah Swt. Tuhan pemberi kehidupan.

Solusi pertama.
Perbaiki nilai hubungan vertikal kamu kepada Allah Ta’ala.
Hal yang paling mudah sebetulnya, namun saying tak banyak orang yang dapat melakukanya, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. Yaitu orang-orang yang dipilih Allah sehingga mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sholat wajib tepat waktu dan dilakukan dengan berjama’ah dengan menghadirkan fisik, jiwa dan hatinya.
Pertanyaanya, apakah kita termasuk orang-orang yang khusyu? Termasuk orang pilihan Allah?

Jika kita mampu komitmen dan selalu menjaga sholat tepat waktu dengan tetap berjama'ah, maka akan dengan mudah untuk menjalankan sunnah-sunnahNya yang lain. Sholat sunnah, membaca Alqur’an serta doa-doa yang sering kita panjatkan yang perlu sering dan dibiasakan.

Hilangkanlah ego hingga enggan untuk menyempatkan doa untuk kedua orang tua kita, guru, saudara atau sahabat-sahabat kita minimal setiap kali kita selesai sholat lima waktu. Berdoalah sebagai rasa sayang dan hormat kepada mereka. Baik kepada orang tua yang telah melahirkan dan mengurus kita hingga kita dewasa seperti saat ini, lalu Kepada guru sebagai rasa syukur kita kepada ilmu yang telah mereka sampaikan kepada kita, sahabat yang selalu menemani kita serta banyak lagi.

Maka yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan dan niscaya Allah akan membalas setiap kebaikan dan do’a-do’a kita.

Jika berkesempatan tentu akan lebih baik jika kita melengkapi doa-doa kita dengan Arab dan indonya. Agar dengan mudah mengungkapkan setiap keluhan, ungkapkan setiap kemauan, cita-cita dan harapan.

Diusahakan bahkan suatu keharusan agar kita mampu menjalani setiap tangga kehidupan dan ritual keagamaan dengan penuh keiklasan. Perlu diingat bahwa perinsip ibadah bukan dinilai kadar atau banyak dan sedikitnya, tapi dari nilai ikhlas dan keistiqamahanya. Maka ukurlah keimananmu..! Maka ukur-ukurlah keihklasanmu!

Selanjutnya, Perogram Harian.

Dalam Hidup ada banyak hal yang harus kita perhatikan, jika tidak, semua akan cemburu, dan kecemburuan itu akan menjadi semacam tekanan batin tersendiri. Maka kelolalah macam-maca perhatian tersebut dengan membuat perencanaan yang pasti dan matang.

Pertama Ada perhatian untuk Allah.
- Menjaga niat dan keikhlasan
- Syukur atas segala nikmat dan meminta ampunan atas segala dosa
- Menjalankan setiap kewajiban, terutama selalu menjaga sholat lima waktu dengan tepat waktu dan berjama’ah, dan menjauhi larangan-laranganya.
- Menjaga dan selalu melaksanakan sunah-sunah Nabi sebagai rasa cinta dan kerinduan kepada Beliau.

Kedua; Perhatian Kepada kehidupan Pribadi

Selain bentuk perhatian kita kepada Allah, kita juga harus memperhatikan kehidupan pribadi kita. Logikanya; bagaimana kita dapat memperhatikan orang lain sementara kita belum mampu memperhatikan diri kita sendiri.
Selain menjaga kebersihan hati dengan mendekatkan hati kepada Allah kita juga harus memperhatikan/menjaga kebersihan dan kebugaran fisik, diantaranya dengan rajin berolahraga dan makan-minum secara teratur. Serlain itu juga senantiasa kita memperhatikan dan menjaga nilai-nilai; kesopanan, keindahan, mental, keberanian, kesopanan, tatakrama prilaku dan lain sebagainya.

Ketiga; Bentuk perhatian kita Kepada Orang Tua

Dalam keadaan apapun, senantiasa kita selalu ingat bagaiaman agar menjadi pribadi yang berbakti, sayang, taat dan hormat kepada mereka. Walaupun dalam kondisi berjauhan dengan mereka, persis seperti yang dialami penulis saat ini.
Dan, cara yang paling mudah untuk saat ini adalah dengan doa, selanjutnya dengan menjalin komunikasi yang cukup, baik dengan berkirim surat, telfon dan banyak lagi. Selalu menjaga pesan-pesanya, mengingat-ingat pula segala bentuk kebaikanya, dan banyak hal lainya lagi.

Keempat; Perhatian Untuk Sahabat

Diantara orang-orang yang selalu berdampingan dengan kita adalah sahabat. Bahkan hangatnya kebersamaan bersama mereka kadang lebih dari sekedar persaudaraan.
Bentuk perhatian kepada mereka adalah dengan saling mendoakan. doakanlah sahabat dengan doa-doa kebaikan. Ingat-ingatlah segala amal kebaikannya dan lupakanlah jauh-jauh segala keburukanya. Yang tak kalah penting sebagai bentuk perhatian kepada mereka adalah bagamana agar dapat memahami. Pahami apa yang disenangi dan tau apa yang dia benci, "memahami adalah komunikasi yang paling efektif”
Tawarilah, atau berbagilah atas apa yang kamu dapatkan dari setiap kebaikan. karena dia sejatinya adalah tempat untuk berbagi. Berusahalah agar dapat menjalin komunikasi, baik ketika jauh apalagi dekat.
Pada dasarnya kita tidak boleh memilih-milah teman atau sahabat, akan tetapi diantara sekian sahabat dekatilah sahabat yang lebih mendekatkan kita kepada Allah.

Kelima: Perhatian Untuk Guru.

Guru ibarat orang tua kita yang kedua, maka hormatilah guru, maka berbaktilah kepada guru. Dengan setiap doa kebaikan, mengamalkan setiap ilmu yang telah disampaikan, walaupun hanya satu kalimat
Kelima; Perhatian untuk cita-cita dan masa depan.
Selain usaha dan kerja keras, doa merupakan fasilitas yang paling efektif mendukung dan sangat mudah kita lakukan. Maka ungkapkanlah setiap cita-cita dan masa depanmu lewat doa-doa dan munajat kepada Allah semata.
Selanjutnya, buatlah program-program untuk masa depan kamu. Buatlah link dan jaringan yang suatu saat akan membantu kamu mewujudkan setiap cita-cita kamu.
Selanjutnya, Bentuk Perhatian untuk kepentingan-kepentingan orang lain
Organisasi, lingkungan, tugas-tugas sekolah, tugas kerja dan sebagaianya.
Walaupun sifatnya hanya membantu, misalnya, kerjakanlah dengan ikhlas, dengan optimal dan penuh kehati-hatian. Apalagi tugas dan kewajiban. Semua agar menjadi amal ibadah dan tidak sia-sia. Agar kita merasa puas dan orang lainpun puas dengan kinerja kita. Maka kepercayaan, keakraban dan kebahagiaan akan timbul dengan sendirinya, tentu jika semua kita lakukan dengan penuh ketulusan.

Ok…. semua akan dengan mudah kita jalani, jika kita tidak sekedar memikirkanya tapi lebih jauh dengan menjalaninya. jalani...jalani...jalani.....

“hidup bukan hanya difikirkan tetapi menjalankan apa yang ada dalam fikiran” segera buat perencanaan, dan segera pula kau amalakan.
I’malu fasayarollahu amalakum waa rasulahu wal mu’minun.
Read more...

Thursday, August 26, 2010

Mengidealisasikan Liburan


Banyak cerita menarik saat menikmati masa liburan. Jika Andrea Hirata mengukir masa liburanya dengan kuliner keliling daratan Eropa dan Afrika, maka bagaiaman dengan kita??

Asyiknya masa liburan, membuat kehadiranya banyak kalangan menanti-nantikan. Dari anak SD, mahasiswa, petugas kebersihan, politisi sampai seniman dan olahragwan. Tanpa terkecuali.

Liburan bagaiakan oasis di tengan padang pasir. Atau jika bernostalgia jauh kebelakang, liburan bagaiakan hari Minggu yang ditunggu-tunggu. Buat nonton Dragon Ball, power ranger atau sekedar ngadu gundu dan maen petak umpetan. Tentu itu cerita dulu, saat gelar mahasiswa masih belum disematkan.

Liburan Bersama KPMJB.

Lalu apa kabar dengan liburan warga?

Senang bisa mengalihkan kegiatan perkuliahan dengan bersuka ria mengikuti kegiatan rihlah, mungkin itu salah satunya. Atau, malah harap-harap cemas, bisa tersenyum tapi tak bisa tertawa lebar karena masih menunggu natijah ujian. Itu juga…, bisa jadi.

Lantas, adakah cara mengidealiskan masa liburan?! Tentu, dan paling tidak, menjalani masa liburan dengan aktivitas positif agar liburan lebih produktif dan tidak selalu identik dengan kekosongan.

Bagaiaman tidak, liburan memberikan kita banyak arti dan kesempatan. Bagi mereka yang kretaif, bisa jadi liburan menjadi ladang buat menciptakan banyak karya dan kenangan. Bagi mereka yang ingin belajar mandiri dan bisnis kecil-kecilan, bisa jadi liburan adalah kesempatan untuk memperoleh Dollar dan Le, dan yang pasti pengalaman.

Berbeda lagi dengan mereka yang ingin menambah pengetahuan dan keahlian-keahlian, banyak sekali kesempatan untuk mengikuti pengajian/talaqi yang banyak terdapat di mesjid-mesjid, mengikuti kursus intensif, mengikuti pelatihan-pelatihan, serta seabreg kegiatan lainya.

Semua tentu tergantung minat, hobi serta kratifitas masing-masing bagaimana mengemas aktivitas masa liburan dengan sebaik-baiknya.

“liburan kali ini sangat mengesankan...” ungakap Cecep Rahmat, kepada Manggala. Menurutnya, selain mengikuti rihlah cuma-cuma dari Majlis A’la, mantan bupati priatim ini juga mengisi masa liburanya dengan kursus bahasa Arab, pelatihan ilmu Mawarits dan talaqi.

Lastri, Aktivis wihdah dan KPMJB, mengungkapakan, jika liburan kali ini berbeda dngan tahun-tahun sebelumnya, “Kesan liburan tahun ini biasa aja. Berbeda dari tahun kemaren, tahun kemaren lebih enjoy… coz gak da beban” Singkatnya. Selain aktif berorganisasi, Lastri juga memanfaatkan waktu liburanya dengan Ikut kursus bahasa. “Aktif di wihdah dan memperlancar bahasa arab..” tuturnya.

Ramlan, warga asal Bandung, mengungkapkan, jika liburan tahun ini lebih punya taste, nambah wawasan pula, ujarnya. Selain discovery dan wisata ruhani, buku adalah teman terbaiknya. Dia lebih memprioritaskan liburan ini untuk menambah skill, “kalau prioritas sich.. pastinya nambah skill...kayak nyanyi di pantai...” celotehnya.

“eum..kesan liburan kali ini gado-gado” ungkap Fauziah Dahlan mengilustrasikan masa liburanya. Asyik, kadang ngebosenin, plus deg-degan nunggu natijah, katanya. Selain ikut rihlah dan berorganisasi, waktu liburanya lebih banyak diprioritaskan untuk membaca dan tafidz Al-Qur’an. “ikut tahfidz, sama belajar memperbanyak baca buku, apapun itu…,” ungkap Aktivis KPMJB yang akrab disapa Tifau itu, menambahakan.

“kesan liburan kali ini menjenuhkan...” kata Widi Nurrizkina, warga asal Sumedang. Beruntung Widi sering berkunjung ke rumah teman-temanya, setidaknya, dapat mengobati rasa jenuh selama liburanya kali ini. “ya..ikut rihlah, berkunjung ke rumah teman, ngobrol-ngobrol ria dengan topik-topik terhangat dan nerjemah buku” ujarnya kepada Manggala.

Maher M. Soleh, warga KPMJB, salah satu aktivis masisir, mengatakan, jika liburan kali ini sangat mengasyikan. Selain memperioritaskan masa liburan dengan aktivitas membaca, Maher juga banyak megikuti acara seminar dan workshop. “baca, surfing, ikut seminar, traing, workshop, nulis, dan menemani keluarga berlibur” katanya panjang lebar. Ia juga bahkan ikut beberapa seminar taraf internasional. Diantaranya, Daurah Ma'arif al-maqdisiyah, workhsop internasional I-4 dan Voluntee. Tambahnya kepada Manggala.



Disaat hampir seluruh keorganisasian masisir ramai merayakan pesta demokrasinya. KPMJB justru malah mencoba dengan format baru, mengalihkan waktu kegiatan untuk LPJ, SPA dan pemilihan gubernur baru tepat selepas masa ujian term pertama.
Ditandai masa transisi, dengan durasi 1,5 tahun masa jabatan, keputusan tersebut diambil untuk menyesuaikan pergantian masa peralihan kepengurusan. Sesuai dengan kesepakatan SPA, sebagai pemusatan liburan musim panas untuk menyelenggarakan berbagai agenda kegiatan.

Bagi warga yang mulai dihinggapi rasa jenuh menjalani masa liburan, tak usah bingung lagi, kali ini setelah berapa lama vakum, KPMJB mulai hidup kembali dengan berbagai agenda menarik, yang teramat sayang jika dilewatkan. Apalagi liburan kali ini bertepatan dengan bulan suci Ramdhan.

Diantara bebrapa kegiatan yang telah diselnggarakan DP KPMJB dalam beberapa waktu dekat ini, diantaranya:

Minggu (11/07), acara pembukaan kegiatan DP KPMJB. Diisi dengan acara nonton bareng Final piala dunia. Selanjutnya, perpisahan salah satu sesepuh KPMJB, ibu Rini dengan warga yang diadakan pada hari Senin (19/07), bertempat di Pasangrahan.
Berikutnya, Selasa, (27/08), DP KPMJB selenggarakan rihlah bareng dengan tema "Be Different ‘n Enjoy It" dengan lokasi tujuan Pyramid dan Dream Park, yang diikuti oleh 34 peserta.

Bagi warga yang belum sempat mengikuti beberapa agenda KPMJB diatas, dalam waktu mendatang KPMJB juga akan kembali mengisi aktivitas warga dengan beberapa aktivitas menarik.

Hal tersebut sebagaiamana hasil rapat bulanan DP KPMJB yang ke dua kalinya, Sabtu (01/09) minggu kemarin. Rapat tersebut menghasilkan bebrapa rencana kegiatan, berupa pelatiahan dan program rutin menyambut bulan suci Ramdhan.

Berikut ini Rencana kegiatan DP KPMJB di bulan Agustus-September:

Sabtu, (07/08). Pembekalan intensif Mahasiswa tingkat akhir. Dengan tema: “Pembekalan intensif Mahasiswa tingkat akhir”. Dengan rencana pemateri; Komunikasi Publik, pembicara: Ust. Jamaluddin A. Kholiq, MA. Manajemen Konflik, pembicara: Ust. Cecep Taufikurrahman, MA. Kupas Tuntas Pengurusan Jenazah: Ust. Akmal Safar, Lc. dan Metode Rukyah: Ust. Zulfi Akmal, Lc. Dengan sasaran peserta: Prioritas anggota KPMJB tingkat IV & Lc. selanjutnya untuk umum

Selanjutnya untuk rangkaian kegiatan bulan Ramadan. Senin, (09/08) diisi dengan acara tarhib Ramadhan. Acara ini akan mengetengahkan dialog interaktif dengan tema “Kupas tuntas fiqh Shiam”

Bagi warga yang ingin bersilaturrahim bersama para sesepuh, plus dapet menu ifthar dan penambahan gizi. Mulai 11 Agustus hingga 9 September, KPMJB mengadakan buka bersama dengan para sesepuh KPMJB.

Malam nuzulul Qur’an & Takrum najihin, juga jangan sampai terlewatkan. Merupakan acara tahunan setelah turunya pengumuman hasil ujian.
Terakhir, masih dalam rangkaian kegiatan Ramdhan. Jum’at, 10 September, acara Halal Bihalal, diisi dengan penampilan-penampilan menarik dan hiburan.
Read more...

Tuesday, June 29, 2010

Long Holiday it's Began....



Setelah sebulan lebih disibukan dengan diktat kuliah, wuihh..akhirnya datang juga liburan yang di tunggu.

Muqarar..tahdid..muqarar..tahdid, itu..ituuu.. mulu..,ada juga ya..ternyata saat-saatnya gue merasa BT dengerin kalimat ini hehe.., but..but take it’s easy everything i’ll be oke..!

Barder, Kayaknya ujian kali ini udah bisa mecahin rekor muri..,versi gue..,yaitu jadi ujian yang paling panjang dalam sejarah ujian gue di dunia, inget belum di akhirat ya...,

Ujian yang cukup melelahkan tapi ga keringatan...huwff. Bayangin aja kawan, ujian mulai tanggal 18 Mei dan baru berakhir tgl 18 juni, walaupun akhirnya kita harus sabar karena akhir ujian diundur sampai tgl 21 Juni, dengan jumlah maddah 13 materi plus Oral Oxam buat Tahfidz Al-Qur’an dan Hadits....

Ya uwess semua udah gue lalui dengan baik..paling tidak gue ga sempet pingsan gara-gara lupa makan, atau ga sempet ke rumah sakit gara-gara ga bisa boker selama ujian hoho...

Ada berbagai peristiwa yang gue sempet alami saat-saat menikmati masa ujian, tapi..tapi yang paling konyol adalah ketika kedatangan Obama. Tau kan kawan, Obama..yang mantan sopir gue yang kebelet pipis itu..heu..

Gimna ga konyol kawan..?! saat-saat kita harus mengakhiri ujian tanggal 18 akhirnya harus di tunda sampai tgl 21 gara-gara kedatangan Obama ke negri ini, katanya sih datang dengan misi pedamaian khususunya buat negara-negara teluk dan timur tengah, cuma ga yakin gue siapa tau kan cuma mau mengintervensi timur lewat kedok perdamaian dan manisnya retorika sang penguasa, seperti halnya biasa idiologi mereka hanya hegamoni kepentingan. sotoooooy ^_^

Menurut gue ada yang terlalu berlebihan ketika pemerintah Mesir menyambut kedatangan presiden super power ini, salah satunya sebagai mana yang telah gue alami dan kawan-kawan alami disini.

Sebagaimana biasa kalo udah ga betah duduk, pantat gue kepanasan dikamar, biasanya gua minggat mampir ke kamar kawan gue di flat Sya’rawi tempat Haikal sama Dudi bertengger heheh sory Dud.. pagi sekitar jam 9 pagi. Lagi enak-enak baca Muqarar..(diktat kuls), sambil dengerin musik lagu-lagu berirama slow rock dari band-band indo yang kata makin mejamur, band apa ... gue lupa lagih.

Tiba-tiba tok..tok, ada gdor..gdornya juga sih lmyan keras, wah dari gaya ngetoknya ketauan nih si Mesir pikirku. Pas dibuka pintu, ga salah..ternyata emang si mesir, dia adalah petugas rayon flat asrama, trus dia bilang “ ya dudi maleys..a’fil nafidzah, atfi kumputer stuma itl'a barrah kulluh..!!" ujarnya dengan konsonan khas mesir.

Gila kan, masa kita disuruh matiin PC tutp jendela trus di suruh keluar semua (diusir tepatnya). "fie'ehh yaa amm..?!" gua nyoba nyelah sambil pake isyarat tangan (telapak tangan gue di angkat setinggi dada, kepala ditekukin, gaya kebingungan yang didaramatisir, kayak bintang iklan film hheh..).."maleys ahsan Obama sa yasir..".ketusnya.,
weee :P balasku. ya..udah kita keluar semua.Dikiranya kita sniper kale ....cetus Haikal, kesal

Dan teryata kawan, urusan ga berhenti ampe di situ aja..Akhirnya peserta rombongan,(gue,Haikal&dudi) pindah ke Flat kamar gue, berharap dapat ketenangan setlah sebelumnya kesal diusir petugas rayon yang ikut-ikutan kena syindrom Obama.

Lanjutnya gue ga sempet buka muqarar, kita malah sempet nonton TV liat acara penyambutan Obama di istana Muabarak. Gak lama duduk-duduk sambil nonton, tiba-tiba ablah-ablah yang biasa piket bersihin flat asrama, ngetok-ngetok pintu kamar sampai akahirnya kepalanya nongol sendiri dari balik pintu yang ga terkunci, lantas dia bilang " a'fil nafidzah..!" ujarnya agak songong..(orang mesir biasanya kalo ngomong agak songong, khususnya yang ga berpendidikan, suaranya diangkat keras walapun lagi ngobrol biasa, apalagi kalo lagi marah, ketawanya terbahak-bahak kalo perlu make microfone kali..biar kedenger satu flat) ih najis,,,,gue mah..

Ya .. gimana kita ga jadi sensi kawan, masa flat yang begitu jauh dari jalanan terhalang oleh 5 flat masih juga disuruh tutup jendela ah.., kebayang ga sih kawan....,mana kamar lagi puanas-puansnya lagi.

Emang...emang sih gue lagi lebay banget waktu tu, gue pikir siapa juga yang mo nembakin Obama fwuiehh..

Tapi ya..ada juga sih..manfaatnya buat gue paling tidak kita dapet waktu senggang sekitar 5 hari buat mengahdapi materi ujian berikutnya..,waktu itu....!

Akhirnya si Ucik kawan senior gue, protes dengan gaya bahasa amiah yang dimirip-miripiin ." leih ya Amm, hal kullunna yadurru Obama...? wes wess" bicara apa tau...kecepetan sih ngomongnya...#*, akhirnya si ablah juga ikut nimpalin, merasa ga enak gue ikut berdiri (dengan gaya sok gagah, kaya macan lawan gajah lagi kentut..preet).

sebelum terjadi adu mulut yang lebih sengit, untungnya ablah satu lagi ikut melarai, (tau ga kawan, kalo ablah yang satu ini orangnya baik banget, gue tau karakternya, umurnya kira-kira 60 tahuanan hampir ga tega gue panggil dia ablah, pak ablah aja kali ya..)

Akhirnya dia ikut melarai dengan suaranya yang khas dan lembut, dia sangat pengertian sama mahasiswa-mahasiswa yang tinggal di flat ini(sayang gue belum tau siapa namanya)karena itulah walaupun profesinya hanya sebagai tukang bersih-bersih namun cukup disegani.

ya terus...Jendela ditutup .
Read more...