Tuesday, September 7, 2010

Mengembalikan Semangat Yang Pudar



Tulisan ini saya buat sebagai bahan renungan, setelah beberapa lamanya mengalami stagnasi akivitas kehidupan yang lama tak berkembang. Diantara salah satu problemsolving yang sering saya lakukan agar mampu keluar dan mengembalikan semangat yang pudar adalah dengan menulis. Dengan menulis setidaknya kita mampu mengeluarkan setiap unek-unek dan tekanan, terlebih kita juga dapat dengan jujur menerjemahkan apa yang tengah kita rasakan, dan hasilnya, tentu dapat menjadi bahan intropeksi diri dan menjadi peta kehidupan yang akan datang agar lebih baik lagi.

Mudah-mudahan tulisan ini, bukan sekedar bahan renungan untuk saya pribadi namun menjadi oleh-oleh hikmah bagi semua pembaca budiman.

Ok kita Mulai ya…
Dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan: Sudahkan kita ikhlas, ridhlo atas apa yang telah kita miliki? Jika sudah, mana nilai berkahmu? Jika kamu Ikhlas, mana nilai kebahagiaan itu? Jika merasa tidak bahagia, wah jangan-jangan kurang ikhlas?! Rihdakah kamu dengan segala kelebihan dan kekurangan? Tapi kenapa kamu gelisah dan susah bersabar? Kenapa lebih tertarik mengejar urusan duniawi daripada ukhrawi? Kenapa kenapa kita selalu takut jika ada orang mengetahui jatidiri kita yang sebenarnya?

Kenapa kamu tidak percaya diri terhadap apa yang kamu miliki? Jangan-jangan sudah salah niat? Sudahkah kamu mentajdid niat kamu?????!!

Pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut sungguh tidaklah mudah dicarikan jawabanya. Kecuali dengan hati yang bersih berlandaskan apa yang kita rasakah dalam kehidupan sehari-hari. Di sisni saya tidak akan menjawab satu demi satu pertanyaan-pertanyaan diatas. Akan tetapi mencoba memberikan beberapa solusi, agar suatu saat kita dapat menjawab pertanyaan tadi dengan baik sesuai apa yang kita rasakan.
Karena hidup bukan semata diartikan sebagai rutinitas saja, akan tetapai mencari substansi kehidupan, yaitu ibadah sebagai pengabdian kepada Allah Swt. Tuhan pemberi kehidupan.

Solusi pertama.
Perbaiki nilai hubungan vertikal kamu kepada Allah Ta’ala.
Hal yang paling mudah sebetulnya, namun saying tak banyak orang yang dapat melakukanya, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. Yaitu orang-orang yang dipilih Allah sehingga mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sholat wajib tepat waktu dan dilakukan dengan berjama’ah dengan menghadirkan fisik, jiwa dan hatinya.
Pertanyaanya, apakah kita termasuk orang-orang yang khusyu? Termasuk orang pilihan Allah?

Jika kita mampu komitmen dan selalu menjaga sholat tepat waktu dengan tetap berjama'ah, maka akan dengan mudah untuk menjalankan sunnah-sunnahNya yang lain. Sholat sunnah, membaca Alqur’an serta doa-doa yang sering kita panjatkan yang perlu sering dan dibiasakan.

Hilangkanlah ego hingga enggan untuk menyempatkan doa untuk kedua orang tua kita, guru, saudara atau sahabat-sahabat kita minimal setiap kali kita selesai sholat lima waktu. Berdoalah sebagai rasa sayang dan hormat kepada mereka. Baik kepada orang tua yang telah melahirkan dan mengurus kita hingga kita dewasa seperti saat ini, lalu Kepada guru sebagai rasa syukur kita kepada ilmu yang telah mereka sampaikan kepada kita, sahabat yang selalu menemani kita serta banyak lagi.

Maka yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan dan niscaya Allah akan membalas setiap kebaikan dan do’a-do’a kita.

Jika berkesempatan tentu akan lebih baik jika kita melengkapi doa-doa kita dengan Arab dan indonya. Agar dengan mudah mengungkapkan setiap keluhan, ungkapkan setiap kemauan, cita-cita dan harapan.

Diusahakan bahkan suatu keharusan agar kita mampu menjalani setiap tangga kehidupan dan ritual keagamaan dengan penuh keiklasan. Perlu diingat bahwa perinsip ibadah bukan dinilai kadar atau banyak dan sedikitnya, tapi dari nilai ikhlas dan keistiqamahanya. Maka ukurlah keimananmu..! Maka ukur-ukurlah keihklasanmu!

Selanjutnya, Perogram Harian.

Dalam Hidup ada banyak hal yang harus kita perhatikan, jika tidak, semua akan cemburu, dan kecemburuan itu akan menjadi semacam tekanan batin tersendiri. Maka kelolalah macam-maca perhatian tersebut dengan membuat perencanaan yang pasti dan matang.

Pertama Ada perhatian untuk Allah.
- Menjaga niat dan keikhlasan
- Syukur atas segala nikmat dan meminta ampunan atas segala dosa
- Menjalankan setiap kewajiban, terutama selalu menjaga sholat lima waktu dengan tepat waktu dan berjama’ah, dan menjauhi larangan-laranganya.
- Menjaga dan selalu melaksanakan sunah-sunah Nabi sebagai rasa cinta dan kerinduan kepada Beliau.

Kedua; Perhatian Kepada kehidupan Pribadi

Selain bentuk perhatian kita kepada Allah, kita juga harus memperhatikan kehidupan pribadi kita. Logikanya; bagaimana kita dapat memperhatikan orang lain sementara kita belum mampu memperhatikan diri kita sendiri.
Selain menjaga kebersihan hati dengan mendekatkan hati kepada Allah kita juga harus memperhatikan/menjaga kebersihan dan kebugaran fisik, diantaranya dengan rajin berolahraga dan makan-minum secara teratur. Serlain itu juga senantiasa kita memperhatikan dan menjaga nilai-nilai; kesopanan, keindahan, mental, keberanian, kesopanan, tatakrama prilaku dan lain sebagainya.

Ketiga; Bentuk perhatian kita Kepada Orang Tua

Dalam keadaan apapun, senantiasa kita selalu ingat bagaiaman agar menjadi pribadi yang berbakti, sayang, taat dan hormat kepada mereka. Walaupun dalam kondisi berjauhan dengan mereka, persis seperti yang dialami penulis saat ini.
Dan, cara yang paling mudah untuk saat ini adalah dengan doa, selanjutnya dengan menjalin komunikasi yang cukup, baik dengan berkirim surat, telfon dan banyak lagi. Selalu menjaga pesan-pesanya, mengingat-ingat pula segala bentuk kebaikanya, dan banyak hal lainya lagi.

Keempat; Perhatian Untuk Sahabat

Diantara orang-orang yang selalu berdampingan dengan kita adalah sahabat. Bahkan hangatnya kebersamaan bersama mereka kadang lebih dari sekedar persaudaraan.
Bentuk perhatian kepada mereka adalah dengan saling mendoakan. doakanlah sahabat dengan doa-doa kebaikan. Ingat-ingatlah segala amal kebaikannya dan lupakanlah jauh-jauh segala keburukanya. Yang tak kalah penting sebagai bentuk perhatian kepada mereka adalah bagamana agar dapat memahami. Pahami apa yang disenangi dan tau apa yang dia benci, "memahami adalah komunikasi yang paling efektif”
Tawarilah, atau berbagilah atas apa yang kamu dapatkan dari setiap kebaikan. karena dia sejatinya adalah tempat untuk berbagi. Berusahalah agar dapat menjalin komunikasi, baik ketika jauh apalagi dekat.
Pada dasarnya kita tidak boleh memilih-milah teman atau sahabat, akan tetapi diantara sekian sahabat dekatilah sahabat yang lebih mendekatkan kita kepada Allah.

Kelima: Perhatian Untuk Guru.

Guru ibarat orang tua kita yang kedua, maka hormatilah guru, maka berbaktilah kepada guru. Dengan setiap doa kebaikan, mengamalkan setiap ilmu yang telah disampaikan, walaupun hanya satu kalimat
Kelima; Perhatian untuk cita-cita dan masa depan.
Selain usaha dan kerja keras, doa merupakan fasilitas yang paling efektif mendukung dan sangat mudah kita lakukan. Maka ungkapkanlah setiap cita-cita dan masa depanmu lewat doa-doa dan munajat kepada Allah semata.
Selanjutnya, buatlah program-program untuk masa depan kamu. Buatlah link dan jaringan yang suatu saat akan membantu kamu mewujudkan setiap cita-cita kamu.
Selanjutnya, Bentuk Perhatian untuk kepentingan-kepentingan orang lain
Organisasi, lingkungan, tugas-tugas sekolah, tugas kerja dan sebagaianya.
Walaupun sifatnya hanya membantu, misalnya, kerjakanlah dengan ikhlas, dengan optimal dan penuh kehati-hatian. Apalagi tugas dan kewajiban. Semua agar menjadi amal ibadah dan tidak sia-sia. Agar kita merasa puas dan orang lainpun puas dengan kinerja kita. Maka kepercayaan, keakraban dan kebahagiaan akan timbul dengan sendirinya, tentu jika semua kita lakukan dengan penuh ketulusan.

Ok…. semua akan dengan mudah kita jalani, jika kita tidak sekedar memikirkanya tapi lebih jauh dengan menjalaninya. jalani...jalani...jalani.....

“hidup bukan hanya difikirkan tetapi menjalankan apa yang ada dalam fikiran” segera buat perencanaan, dan segera pula kau amalakan.
I’malu fasayarollahu amalakum waa rasulahu wal mu’minun.
Read more...

Thursday, August 26, 2010

Mengidealisasikan Liburan


Banyak cerita menarik saat menikmati masa liburan. Jika Andrea Hirata mengukir masa liburanya dengan kuliner keliling daratan Eropa dan Afrika, maka bagaiaman dengan kita??

Asyiknya masa liburan, membuat kehadiranya banyak kalangan menanti-nantikan. Dari anak SD, mahasiswa, petugas kebersihan, politisi sampai seniman dan olahragwan. Tanpa terkecuali.

Liburan bagaiakan oasis di tengan padang pasir. Atau jika bernostalgia jauh kebelakang, liburan bagaiakan hari Minggu yang ditunggu-tunggu. Buat nonton Dragon Ball, power ranger atau sekedar ngadu gundu dan maen petak umpetan. Tentu itu cerita dulu, saat gelar mahasiswa masih belum disematkan.

Liburan Bersama KPMJB.

Lalu apa kabar dengan liburan warga?

Senang bisa mengalihkan kegiatan perkuliahan dengan bersuka ria mengikuti kegiatan rihlah, mungkin itu salah satunya. Atau, malah harap-harap cemas, bisa tersenyum tapi tak bisa tertawa lebar karena masih menunggu natijah ujian. Itu juga…, bisa jadi.

Lantas, adakah cara mengidealiskan masa liburan?! Tentu, dan paling tidak, menjalani masa liburan dengan aktivitas positif agar liburan lebih produktif dan tidak selalu identik dengan kekosongan.

Bagaiaman tidak, liburan memberikan kita banyak arti dan kesempatan. Bagi mereka yang kretaif, bisa jadi liburan menjadi ladang buat menciptakan banyak karya dan kenangan. Bagi mereka yang ingin belajar mandiri dan bisnis kecil-kecilan, bisa jadi liburan adalah kesempatan untuk memperoleh Dollar dan Le, dan yang pasti pengalaman.

Berbeda lagi dengan mereka yang ingin menambah pengetahuan dan keahlian-keahlian, banyak sekali kesempatan untuk mengikuti pengajian/talaqi yang banyak terdapat di mesjid-mesjid, mengikuti kursus intensif, mengikuti pelatihan-pelatihan, serta seabreg kegiatan lainya.

Semua tentu tergantung minat, hobi serta kratifitas masing-masing bagaimana mengemas aktivitas masa liburan dengan sebaik-baiknya.

“liburan kali ini sangat mengesankan...” ungakap Cecep Rahmat, kepada Manggala. Menurutnya, selain mengikuti rihlah cuma-cuma dari Majlis A’la, mantan bupati priatim ini juga mengisi masa liburanya dengan kursus bahasa Arab, pelatihan ilmu Mawarits dan talaqi.

Lastri, Aktivis wihdah dan KPMJB, mengungkapakan, jika liburan kali ini berbeda dngan tahun-tahun sebelumnya, “Kesan liburan tahun ini biasa aja. Berbeda dari tahun kemaren, tahun kemaren lebih enjoy… coz gak da beban” Singkatnya. Selain aktif berorganisasi, Lastri juga memanfaatkan waktu liburanya dengan Ikut kursus bahasa. “Aktif di wihdah dan memperlancar bahasa arab..” tuturnya.

Ramlan, warga asal Bandung, mengungkapkan, jika liburan tahun ini lebih punya taste, nambah wawasan pula, ujarnya. Selain discovery dan wisata ruhani, buku adalah teman terbaiknya. Dia lebih memprioritaskan liburan ini untuk menambah skill, “kalau prioritas sich.. pastinya nambah skill...kayak nyanyi di pantai...” celotehnya.

“eum..kesan liburan kali ini gado-gado” ungkap Fauziah Dahlan mengilustrasikan masa liburanya. Asyik, kadang ngebosenin, plus deg-degan nunggu natijah, katanya. Selain ikut rihlah dan berorganisasi, waktu liburanya lebih banyak diprioritaskan untuk membaca dan tafidz Al-Qur’an. “ikut tahfidz, sama belajar memperbanyak baca buku, apapun itu…,” ungkap Aktivis KPMJB yang akrab disapa Tifau itu, menambahakan.

“kesan liburan kali ini menjenuhkan...” kata Widi Nurrizkina, warga asal Sumedang. Beruntung Widi sering berkunjung ke rumah teman-temanya, setidaknya, dapat mengobati rasa jenuh selama liburanya kali ini. “ya..ikut rihlah, berkunjung ke rumah teman, ngobrol-ngobrol ria dengan topik-topik terhangat dan nerjemah buku” ujarnya kepada Manggala.

Maher M. Soleh, warga KPMJB, salah satu aktivis masisir, mengatakan, jika liburan kali ini sangat mengasyikan. Selain memperioritaskan masa liburan dengan aktivitas membaca, Maher juga banyak megikuti acara seminar dan workshop. “baca, surfing, ikut seminar, traing, workshop, nulis, dan menemani keluarga berlibur” katanya panjang lebar. Ia juga bahkan ikut beberapa seminar taraf internasional. Diantaranya, Daurah Ma'arif al-maqdisiyah, workhsop internasional I-4 dan Voluntee. Tambahnya kepada Manggala.



Disaat hampir seluruh keorganisasian masisir ramai merayakan pesta demokrasinya. KPMJB justru malah mencoba dengan format baru, mengalihkan waktu kegiatan untuk LPJ, SPA dan pemilihan gubernur baru tepat selepas masa ujian term pertama.
Ditandai masa transisi, dengan durasi 1,5 tahun masa jabatan, keputusan tersebut diambil untuk menyesuaikan pergantian masa peralihan kepengurusan. Sesuai dengan kesepakatan SPA, sebagai pemusatan liburan musim panas untuk menyelenggarakan berbagai agenda kegiatan.

Bagi warga yang mulai dihinggapi rasa jenuh menjalani masa liburan, tak usah bingung lagi, kali ini setelah berapa lama vakum, KPMJB mulai hidup kembali dengan berbagai agenda menarik, yang teramat sayang jika dilewatkan. Apalagi liburan kali ini bertepatan dengan bulan suci Ramdhan.

Diantara bebrapa kegiatan yang telah diselnggarakan DP KPMJB dalam beberapa waktu dekat ini, diantaranya:

Minggu (11/07), acara pembukaan kegiatan DP KPMJB. Diisi dengan acara nonton bareng Final piala dunia. Selanjutnya, perpisahan salah satu sesepuh KPMJB, ibu Rini dengan warga yang diadakan pada hari Senin (19/07), bertempat di Pasangrahan.
Berikutnya, Selasa, (27/08), DP KPMJB selenggarakan rihlah bareng dengan tema "Be Different ‘n Enjoy It" dengan lokasi tujuan Pyramid dan Dream Park, yang diikuti oleh 34 peserta.

Bagi warga yang belum sempat mengikuti beberapa agenda KPMJB diatas, dalam waktu mendatang KPMJB juga akan kembali mengisi aktivitas warga dengan beberapa aktivitas menarik.

Hal tersebut sebagaiamana hasil rapat bulanan DP KPMJB yang ke dua kalinya, Sabtu (01/09) minggu kemarin. Rapat tersebut menghasilkan bebrapa rencana kegiatan, berupa pelatiahan dan program rutin menyambut bulan suci Ramdhan.

Berikut ini Rencana kegiatan DP KPMJB di bulan Agustus-September:

Sabtu, (07/08). Pembekalan intensif Mahasiswa tingkat akhir. Dengan tema: “Pembekalan intensif Mahasiswa tingkat akhir”. Dengan rencana pemateri; Komunikasi Publik, pembicara: Ust. Jamaluddin A. Kholiq, MA. Manajemen Konflik, pembicara: Ust. Cecep Taufikurrahman, MA. Kupas Tuntas Pengurusan Jenazah: Ust. Akmal Safar, Lc. dan Metode Rukyah: Ust. Zulfi Akmal, Lc. Dengan sasaran peserta: Prioritas anggota KPMJB tingkat IV & Lc. selanjutnya untuk umum

Selanjutnya untuk rangkaian kegiatan bulan Ramadan. Senin, (09/08) diisi dengan acara tarhib Ramadhan. Acara ini akan mengetengahkan dialog interaktif dengan tema “Kupas tuntas fiqh Shiam”

Bagi warga yang ingin bersilaturrahim bersama para sesepuh, plus dapet menu ifthar dan penambahan gizi. Mulai 11 Agustus hingga 9 September, KPMJB mengadakan buka bersama dengan para sesepuh KPMJB.

Malam nuzulul Qur’an & Takrum najihin, juga jangan sampai terlewatkan. Merupakan acara tahunan setelah turunya pengumuman hasil ujian.
Terakhir, masih dalam rangkaian kegiatan Ramdhan. Jum’at, 10 September, acara Halal Bihalal, diisi dengan penampilan-penampilan menarik dan hiburan.
Read more...

Tuesday, June 29, 2010

Long Holiday it's Began....



Setelah sebulan lebih disibukan dengan diktat kuliah, wuihh..akhirnya datang juga liburan yang di tunggu.

Muqarar..tahdid..muqarar..tahdid, itu..ituuu.. mulu..,ada juga ya..ternyata saat-saatnya gue merasa BT dengerin kalimat ini hehe.., but..but take it’s easy everything i’ll be oke..!

Barder, Kayaknya ujian kali ini udah bisa mecahin rekor muri..,versi gue..,yaitu jadi ujian yang paling panjang dalam sejarah ujian gue di dunia, inget belum di akhirat ya...,

Ujian yang cukup melelahkan tapi ga keringatan...huwff. Bayangin aja kawan, ujian mulai tanggal 18 Mei dan baru berakhir tgl 18 juni, walaupun akhirnya kita harus sabar karena akhir ujian diundur sampai tgl 21 Juni, dengan jumlah maddah 13 materi plus Oral Oxam buat Tahfidz Al-Qur’an dan Hadits....

Ya uwess semua udah gue lalui dengan baik..paling tidak gue ga sempet pingsan gara-gara lupa makan, atau ga sempet ke rumah sakit gara-gara ga bisa boker selama ujian hoho...

Ada berbagai peristiwa yang gue sempet alami saat-saat menikmati masa ujian, tapi..tapi yang paling konyol adalah ketika kedatangan Obama. Tau kan kawan, Obama..yang mantan sopir gue yang kebelet pipis itu..heu..

Gimna ga konyol kawan..?! saat-saat kita harus mengakhiri ujian tanggal 18 akhirnya harus di tunda sampai tgl 21 gara-gara kedatangan Obama ke negri ini, katanya sih datang dengan misi pedamaian khususunya buat negara-negara teluk dan timur tengah, cuma ga yakin gue siapa tau kan cuma mau mengintervensi timur lewat kedok perdamaian dan manisnya retorika sang penguasa, seperti halnya biasa idiologi mereka hanya hegamoni kepentingan. sotoooooy ^_^

Menurut gue ada yang terlalu berlebihan ketika pemerintah Mesir menyambut kedatangan presiden super power ini, salah satunya sebagai mana yang telah gue alami dan kawan-kawan alami disini.

Sebagaimana biasa kalo udah ga betah duduk, pantat gue kepanasan dikamar, biasanya gua minggat mampir ke kamar kawan gue di flat Sya’rawi tempat Haikal sama Dudi bertengger heheh sory Dud.. pagi sekitar jam 9 pagi. Lagi enak-enak baca Muqarar..(diktat kuls), sambil dengerin musik lagu-lagu berirama slow rock dari band-band indo yang kata makin mejamur, band apa ... gue lupa lagih.

Tiba-tiba tok..tok, ada gdor..gdornya juga sih lmyan keras, wah dari gaya ngetoknya ketauan nih si Mesir pikirku. Pas dibuka pintu, ga salah..ternyata emang si mesir, dia adalah petugas rayon flat asrama, trus dia bilang “ ya dudi maleys..a’fil nafidzah, atfi kumputer stuma itl'a barrah kulluh..!!" ujarnya dengan konsonan khas mesir.

Gila kan, masa kita disuruh matiin PC tutp jendela trus di suruh keluar semua (diusir tepatnya). "fie'ehh yaa amm..?!" gua nyoba nyelah sambil pake isyarat tangan (telapak tangan gue di angkat setinggi dada, kepala ditekukin, gaya kebingungan yang didaramatisir, kayak bintang iklan film hheh..).."maleys ahsan Obama sa yasir..".ketusnya.,
weee :P balasku. ya..udah kita keluar semua.Dikiranya kita sniper kale ....cetus Haikal, kesal

Dan teryata kawan, urusan ga berhenti ampe di situ aja..Akhirnya peserta rombongan,(gue,Haikal&dudi) pindah ke Flat kamar gue, berharap dapat ketenangan setlah sebelumnya kesal diusir petugas rayon yang ikut-ikutan kena syindrom Obama.

Lanjutnya gue ga sempet buka muqarar, kita malah sempet nonton TV liat acara penyambutan Obama di istana Muabarak. Gak lama duduk-duduk sambil nonton, tiba-tiba ablah-ablah yang biasa piket bersihin flat asrama, ngetok-ngetok pintu kamar sampai akahirnya kepalanya nongol sendiri dari balik pintu yang ga terkunci, lantas dia bilang " a'fil nafidzah..!" ujarnya agak songong..(orang mesir biasanya kalo ngomong agak songong, khususnya yang ga berpendidikan, suaranya diangkat keras walapun lagi ngobrol biasa, apalagi kalo lagi marah, ketawanya terbahak-bahak kalo perlu make microfone kali..biar kedenger satu flat) ih najis,,,,gue mah..

Ya .. gimana kita ga jadi sensi kawan, masa flat yang begitu jauh dari jalanan terhalang oleh 5 flat masih juga disuruh tutup jendela ah.., kebayang ga sih kawan....,mana kamar lagi puanas-puansnya lagi.

Emang...emang sih gue lagi lebay banget waktu tu, gue pikir siapa juga yang mo nembakin Obama fwuiehh..

Tapi ya..ada juga sih..manfaatnya buat gue paling tidak kita dapet waktu senggang sekitar 5 hari buat mengahdapi materi ujian berikutnya..,waktu itu....!

Akhirnya si Ucik kawan senior gue, protes dengan gaya bahasa amiah yang dimirip-miripiin ." leih ya Amm, hal kullunna yadurru Obama...? wes wess" bicara apa tau...kecepetan sih ngomongnya...#*, akhirnya si ablah juga ikut nimpalin, merasa ga enak gue ikut berdiri (dengan gaya sok gagah, kaya macan lawan gajah lagi kentut..preet).

sebelum terjadi adu mulut yang lebih sengit, untungnya ablah satu lagi ikut melarai, (tau ga kawan, kalo ablah yang satu ini orangnya baik banget, gue tau karakternya, umurnya kira-kira 60 tahuanan hampir ga tega gue panggil dia ablah, pak ablah aja kali ya..)

Akhirnya dia ikut melarai dengan suaranya yang khas dan lembut, dia sangat pengertian sama mahasiswa-mahasiswa yang tinggal di flat ini(sayang gue belum tau siapa namanya)karena itulah walaupun profesinya hanya sebagai tukang bersih-bersih namun cukup disegani.

ya terus...Jendela ditutup .
Read more...

Thursday, April 29, 2010

Bedah Buku افعا ل الإنسان بين الجبر والاختيار

Prolog

Tak diragukan, meyakini adanya Qadha' dan qadar sebagai rukun iman adalah kewajiban. Baik secara tekstual (Al-qur'an dan Hadits) maupun kontekstual dengan keridhaan dan ketetapan hati dalam menjalaninya. Namun secara substantif pemahamanya, sub iman ini mengalami bahasan yang cukup rumit utamanya ketika seseorang mencoba untuk merasionalkanya hingga meng-korelasikanya antara perencanaan Tuhan dengan manusia beseerta akal dan kerja kerasnya sebelum ia benar-benar memahaminya.

Semabagaimana kita ketahui, Qada dan Qadar merupakan salah satu rukum iman yang wajib kita yakini—, hak providensil Tuhan yang tak bisa seorangpun ikut campur dalam menentukanya. Keberadaanya adalah misteri sebelum benar-benar ia terjadi. Mayakini akan kehadirnaya merupakan ikatan kesadaran bahwa ada kekuasaan Tuhan atas makhluknya—, bahwa masadepan manusia tidaklah transenden dalam menentukan pilihanya melainkan Tuhan sendiri telah memberikan hak perogratif sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri untuk mewujudkanya. Innallaha la yughayiru maa bi qaumin

Walaupun demikian tak sedikit yang malah menyalah artikan kemisterianya, entah itu karena keputusasaan yang menggrogoti iman seseorang sehingga memvonis Tuhan tidak adil atas sebagian ketetapanya, atau seseorang yang menganggap bahwa akal adalah akar dari segalanya.

Hingga adapula yang berani benar-benar menampikanya. Menganggap keyakinan kepada qada' telah menghalangi produktivitas akal serta kerja keras mereka dalam menentukan nasib manusia di dunia serta kekhawatiran mendidik manusia bersifat reseftif berlebih, sehingga, pasrah pada waktu yang menentukan, atau sebaliknya, terlalu bergantung pada kemampuan sendiri sehingga timbulah manusia-manusia imanen yang jauh dari nilai-niai ketuhanan, materialis.

Dalam Islam sendiri, baik secara tekstual Al-qur'a dan Hadits ataupun ketetapn zumhur, Qadha dan qadar termasuk rukun iman yang wajib diyakni. Walaupun secara methode pemahamanya, rukun iman yang ke-5 ini telah mengalami beberapa peredebatan cukup pelik, bahkan diantaranya Jabariyah, Qadariyah, Syi'ah, Dzohiriyah atau Mu'tazilah telah menjadi pioner madzhab tersendiri dalam menentukan sikap ganjilnya terhadap rukun iman yang ke lima ini.

Hal ini menunjukan bahwa permasalahan tersebut bukan hanya terjadi di zaman sekarang saja, melainkan repetisi dari pemahaman sebelumnya. Bahkan disaat zaman (Tabi'in) dimana pemahaman para ulama tak lagi diragukan, karena masih banyak berpegang teguh pada orisinalitas ajaran Islam karena kedekatan mereka pada zaman Rasul dan para sahabat, akan tetapi permasalahan tersebut jutsru sudah hadir terlebih dahulu ditengah-tengah mereka.

Awal mula perbedaan pendapat dalam iman qada' dan qadar timbul pertama kali pada masa Umar bin abdul aziz, pada abad pertama hijriah. Diantaranaya kemunculan Madzhab Qadariyah dengan presepsinya bahwa Af'alul 'Ibad tidak diciptakan secara azali dalam arti kata tidak tertulis di Lauh mahfudz—. Menganggap bahwa manusia menciptakan af'al-nya sendiri secara transenden tanpa campur tangan Tuhan, baik secara qada' dan qadar maupun atas pengetahuan Allah atas maha ilmunya.

"Bagaimana Allah menciptakan keburukan sedangkan Ia melarang dan mengharamkanya sendiri?!, atau bagaimna Allah menciptakan Af'alul 'Ibad sedangkan Ia sendiri yang memvonisnya?!" demikian diantara alasan yang seringkali dilontarkan mendasari alasan mereka tentang penolakannya terhadap qada'dan qadar Allah.

Pembahasan Buku

Berikut ini penulis mencoba mepersentasikan sebuah buku kecil, sebuah buku yang mengupas permasalahan qadha dan qadar Allah, dengan disajikan secara singkat namun cukup padat dan berisi.

Buku dengan judul besar افعا ل الإنسان بين الجبر والاختيار dicetak dengan bentuk sederhana, dengan desgn mungil sehingga dapat dinikmati secara santai serta memungkinkan para pembacanya untuk menentengnya kemana saja.

Buku minimalis dengan cover berwarna biru terang tersebut diakarang oleh sorang ulama kontemporer bernama DR. Abdullah Nasih Ulwan, dan dicetak maktabah kenamaan cairo, Dar- el Salam, buku ini telah dicetak sebayak dua kali, edisi ke-2 dicetak pada tahun 2005.


Beberapa Keterangan Tentang Tadir.

Sebelum membahas buku yang akan saya persentasikan secara lebih jauh, berikut ini saya lampirkan beberapa keterangan mengenai bahasan taqdir yang saya kutip dari rubrik Akidah, Majalah Islam ar-risalah No. 96/Vol. VIII/12 Jumadal Akhir - Rajab 1430 H / Juni 2009 sebagaimana berikut ini:

"Takdir itu malam yang jangan kau lalui. Takdir itu lautan yang jangan kau selami. Takdir itu gunung yang jangan kau daki." Inilah jawaban khalifah Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhu, saat seseorang bertanya kepadanya tentang takdir. Jawaban sang khalifah untuk orang yang menanyainya itu bukan berarti tidak boleh membahasnya sama sekali, tetapi lebih menggambarkan betapa bahasan takdir adalah bahasan yang mesti dipahami dengan seksama dan hati-hati. Orang yang melalui malam gulita, menyelami lautan yang dalam, dan mendaki gunung yang terjal haruslah berhati-hati jika tidak ingin celaka. demikian pula dengan membahas takdir.

Ada bagian tertentu dari bahasan takdir yang mesti dipahami, diyakini dan dipertahankan keberadaannya di dalam hati. Batas minimalnya yaitu keyakinan bahwa apapun yang luput dari seorang hamba memang bukan menjadi bagiannya dan apapun yang menimpanya bukanlah sesuatu yang salah sasaran sehingga mengenainya.

Sebuah hadits diriwayatkan oleh Au Dawud dan Ibnu Majah yang dinyatakan shahih oleh Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albany. Hadits itu diriwayatkan dari Abdullah bin Fairuz atau yang dikenal dengan Ibnu ad-Daylamiy. Dia bertutur, "Aku menemui Ubay bin Ka'ab. Aku mengadu kepadanya, 'Ada sesuatu tentang takdir yang mengganjal hatiku. Beritahu aku tentang sesuatu, kiranya Allah akan menyirnakan ganjalan itu dari hatiku.' Ubay menjawab, 'Seandainya Allah mengazab seluruh penghuni langit dan bumi-Nya ini, sesungguhnya Dia mengazab mereka bukan lantaran Dia menzalimi mereka. Dan seandainya Dia merahmati mereka, sesungguhnya rahmat-Nya itu lebih baik dari amal-amal mereka. Seandainya kamu menginfakkan emas sebesar gunung Uhud di jalan Allah, sesungguhnya Allah tidak akan menerimanya sehingga kamu beriman kepada takdir dan mengerti bahwa apapun yang luput darimu memang bukan sesuatu yang menjadi bagianmu dan apapun yang menimpamu bukanlah sesuatu yang salah sasaran sehingga mengenaimu. Seandainya kamu mau tidak dengan menyakini hal itu, kamu pasti masuk neraka.' Kemudian aku menemui 'Abdullah bin Mas'ud. Dia memberikan jawaban yang sama. lalu aku menemui Hudzaifah bin Yaman, Dia pun memberikan jawaban yang sama. Setelah itu aku menemui Zaid bin Tsabit. Dia malah menyampaikan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang semisal dengan ucapan Ubay."

Sebuah hadits lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari walid bin 'Ubadah, katanya, "Saya menemui 'Ubadah saat dia sakit keras. 'Ayah,' kataku, 'Berwasiatlah kepadaku dengan wasiat yang paling berharga.' Beliau berkata, 'Dudukkanlah aku!' Kemudian beliau berkata, 'Anakku, sesungguhnya kamu tidak akan pernah merasakan nikmatnya iman dan tidak akan sampai kepada hakikat ilmu tentang Allah Tabaraka wa Ta'ala dengan sebenar-benarnya sehingga kamu beriman kepada takdir, yang baik dan yang buruk.' 'Wahai Ayah, bagaimana aku harus mengetahui takdir yang baik dan yang buruk?' tanyaku. Beliau menjawab, 'Hendaknya kamu mengerti bahwa apapun yang luput darimu memang bukan sesuatu yang menjadi bagianmu dan apapun yang menimpamu bukanlah sesuatu yang salah sasaran sehingga mengenaimu. Anakku sungguh aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Benda pertama yang diciptakan oleh Allah Tabaraka wa Ta'ala adalah Pena, kemudian Dia berfirman, 'Tulislah!' Maka Pena pun menulis segala yang akan terjadi sampai hari Kiamat.' Wahai Anakku, jika kamu mati sedangkan kamu tidak meyakini hal itu, kamu akan masuk neraka.'."

Jika seseorang meyakini bahwa segala yang luput dari dirinya memang bukan bagiannya dan bahwa segala yang menimpanya memang itulah bagiannya, baik itu berupa kebaikan maupun keburukan, niscaya orang itu akan memiliki hati yang tegar. Lebih tegar dan kokoh daripada besi ataupun batu karang.

Sungguh, ketegaran seperti itu telah dimiliki oleh orang-orang Jahiliyah sebelum Islam datang. Kata Ibnu Taimiyah, "Jika ditimpa musibah, orang-orang Jahiliyah biasa menghibur diri mereka bahwa itu adalah qadha' dan takdir. Demikian pla dengan orang-orang musyrik Mekah. Mereka pun menghibur diri mereka bahwa itu adalah qadha' dan takdir."

Salah seorang ulama salaf berkata, "Barangsiapa yang tidak beriman kepada qadha' dan takdir maka dia tidak akan dapat hidup tenteram dan tidak akan pernah merasakan lezat dan nikmatnya kehidupan."

Jika seseorang meyakini bahwa segala kebaikan maupun bencana yang menimpanya sudah tertulis di Lauh Mahfuzh jauh sebelum langit dan bumi diciptakan, dan bahwa di balik itu semua ada hikmah Allah yang dalam, niscaya dia akan menjelma sebagai manusia yang kokoh dan tegar. Sekokoh besi setegar batu karang.

Sesungguhnya musibah atau segala kesulitan yang diujikan oleh Allah terhadap seorang hamba adalah untuk kebaikan si hamba itu sendiri. Sebab dengan musibah atau ujian itu, derajat keimanan seseorang akan ditinggikan oleh Allah atau dosa-dosanya akan dihapuskan. Mesjipun jika orang itu tidak ridha dan tidak bersabar, musibah dan ujian dapat menambah lemah iman dan memperpanjang daftar dosa yang dilakukannya. Allah Ta'ala telah menyatakan bahwa Dia tidak akan membebani hamba-hamba-Nya dengan beban yang melebihi ambang batas kekuatan mereka. memang hanya orang beriman dan kayyis (cerdas) saja yang bisa menyikapi musibah sehingga menjadi suatu kebaikan. Orang yang tidak cerdas akan menjadikan satu musibah menjadi dua musibah.

Pembahasan Buku

Secara umum, methode penulisan disajikan dengan tema tanya-jawab sehingga cukup memudahkan pemahaman bagi para pembacanya.

Bahasan dalam buku ini terdiri dari dari 10 bab dengan 9 judul besar. Mula-mula diawali dengan muqaddimah pada Bab pertama. Bab Kedua tentang hakikat insan, gerakan, dan prilakunya hingga bab ke-8 tentang sebab-sebab turunya Hidayah, dan diakhiri dengan daftar isi pada bab ke-sembilan.

Ada satu pertanyaan menarik, yang mungkin hampir semua orang pernah terdetik dalam benaknya;

1. mengapa orang kafir (yang jelas-jelas tidak beriman) mampu menguasai/selalu diidentikan dengan perkara duniawi, sebaliknya, orang mu’min yang beriman kepada Allah tidak banyak yang dapat melakukanya ?

Jawaban:

Harus kita bedakan antara perkara duniawi dengan perkara at-Taklifiyat As-Syar’iah yang dibebankan Allah kepada setiap makhluknya.

a. Untuk perkara dunia, Allah memeberikan hak yang sama baik kepada orang Mu’min maupun kafir. Dalam arti kata Allah memberikan porsi yang sama bagi keduanya, yaitu manakala mereka bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam mendapatkanya.
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan di dunia dan tidak tidak ada suatu bagianpun di akhirat.” (Q.S. Asy-syûrâ: 20)

b. Sedangkan untuk perkara At-Taklifiyaat Asy-Syar’iah, Allah hanya mengkhususkanya bagi orang mu’min saja. Bahkan jika seorang mu’min benar-benar menjalankan At-Taklifiyah Asy-Syar’iah secara kaffah, niscaya manusia denganya dapat memperoleh keselamatan dunia dan akhiratnya. Sehingga seorang mu’min mampu bersabar atas bala yang didera, tersenyum atas segala cobaan, dan bersikap lapang serta ridha terhadap apapun yang dihadapinya, dengan sikap itu, manusia kemudian memperoleh ampunan atas segala dosa-dosanyam, memperoleh derajat yang tinggi dan ditempatkan disisi Allah yang mulya.
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innâ lillâhi wa Innaâ ilaihi raji’ûn. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. Al-baqarah:155-157 )

Kekurangan Buku

Pada dasarnya buku ini merupakan buku bacaan sederhana, tidak menjadi buku rujukan, sebagaiaman kitab-kitab rujukan lain yang seringkali dijadikan referensi dan sandaran dalam pembahasan qada dan qadar Allah.
Untuk itu, dari segi methode penulisan, buku ini tidaklah cukup disebut sebagai penulisan karya ilmiah. Disamping tidak disertai daftar pustaka dan referensi mencukupi, keculai beberapa yat-ayat alqur’an saja, buku ini juga tidak dilengkapi biografi penulis.
Walaupun demikian, sebagaiamana telah dijelaskan diatas, buku ini cukup memberikan penjelasan yang cukup singkat namun padat. Disajikan dengan cukup menarik, meliputi pertanyaan dan jawaban yang disertai dalil-dalil serta adanya keahlian ilmu kalam yang dikuasai penulis, sehingga penyajian bahasan agaknya akan mengajak pembaca bukan sekdar menikmati tetapi juga berpikir dan merenungkan isi bahasan. Bahkan, agar lebih mudah dipahami penulis nampaknya sengaja menuliskan beberapa contoh real dalam kehidupan sehari-hari yang seringkali terjadi berkaitan dengan pembahasan yang dimaksud.

Epilog

Bayak sekali pembahasan buku yang saya persentasikan kali ini yang luput saya cantumkan dalam makalah ini, unutuk ini saya menyarankan agar peserta diskusi untuk dapat memilikinya, bukan saja kara mura hargnya sehingga dapat mudah dijangkau, akan tetapi lebih kepada manfa’at yang terkandng di dalamnya.

Wallâhu a’lam bii as-Showâb
Read more...

Sunday, April 25, 2010

Cinta & Kerinduan

Kenapa rasa cinta begitu menyiksa.....?
Kenapa rasa rindu selalu mengusik, menghujam dan menusuk.....?

Cinta..oh cinta...

Ternyata banyak hal yang aku sendiri tak banyak tau tentang arti cinta.....
Cinta palsu atau cinta sejati.....
cinta biasa atau cinta yang sempurna....


Oh cinta...

Cintakah yang membahagiakanku, menguatkanku, melemahkan aku, menakutiku bahkan menggilakan aku....?

Cinta....
Jika engkau adalah cahaya, maka sinarilah hatiku, maka sinarilah kegelapanku.
Jika engkau air, maka hadirlah saat aku dalam dahaga, maka suburlakanlah setiap ketandusan.
Dan Jika engkau mutiara, maka tunjukan samudra manakah yang harus ku selami.

Cinta...
Dan, tak selayaknya aku mengotori arti sucimu dengan kekasaran dan fitnahan-fitnahanku...

Dimanapun engkau dan kapanpun berada wahai engkau Cinta....
Engkau tentu bukanlah biang yang menyakitkan, yang menjijikan, yang melemahkan dan sederet kata keburukan lainya.....

Cinta....
Memang engkau banyak dipuja-puji.....
dinanti-nanti.....
dicari-cari...
Sampai mati...

Tapi sadarkah engkau cinta....
Banyak pula engkau dicaci dan dimaki
Banyak orang yang setiap hari mengeluh karenamu
Banyak orang yang mabuk tak tentu arah karenamu
Bahkan orang rela menyakiti dirinya sendiri karenamu.....


katanya engkau kekuatan..?!
Katanya engkau keikhlasan..?!
Katanya engkau cahaya..?!
katanya engkau keindahan...?!


Wahai Maha Pemilik cinta......
Ternyata memang hanya Engkau satu-satunya pemilik cinta sejati, pemilik cinta abadi, yang percikan cintanya tak seorangpun pernah tersakiti.

Wahai Pemilik cinta...
Engkau yang tak pernah berhenti mengabdi kepadaku, bahkan ketika aku lalai mengabdi kepadaMu

Engkau yang menutupi setiap aib-aibku, bahkan ketika aku berbangga diri dan mengumbar sendiri aib-aibku.

Engkau yang perintahkan aku selalu meminta kepadaMu, bahkan disaat orang-orang enggan ketika dipintai hak-hak dan kewajibanya.

Dengan cintaku aku dekatkan diri kepadaMu, lalu Engkaupun cintai aku dan dekati aku lebih dekat dari nyawaku sendiri.

Wahai pemilik cinta....

Berilah kekuatan CintaMu.

Hingga hatiku tetap sama,
ketika mamandang kilauan emas atau kelamnya batu.
ketika memandang istana atau gubuk sederhana.
Ketika memandang bidadari atau perempuan biasa

Hingga hatiku tetap SATU

Ketika terang atau gelap-gulita
Ketika dupuji atau dicacimaki
Ketika sendiri atau dalam keramaian
Ketika air berlimpah atau kering dan bertandus

Seandainya kau segera tunjukan keindahan taman-tamanMu, kemolekan bidadari-bidadarimu, kesejukan alam kekalMu. Niscaya Keindahan dunia, menariknya wanita dan menggodanya wanita. Tak lagi aku hiraukan mereka, tak lagi berarti, dan tak lagi menyilaukan mata hati.....

Seandainya segera kau tunujakn panasnya alam kekalMu, bengisnya mlaikat-malaikatMu. Niscaya tak lagi aku mengeluh dengan panasnya waktu zduhur, terlena nikmatnya tidur pertengahan malam-malamMu, dan tak sudi lagi aku berbagga diri, atau pongah dengan kelebihanku-kelbihanku.

Tapi aku sadar, aku hanya manusia biasa, dan seandainya misteri-misteri itu terjadi sebelum waktunya, buat apa ada syaithan, buat apa ada usaha, karena semua tentu dengan akan mudah tunduk kepadaMu. Dan bisa jadi malaikat-malikatMu akan kebingungan membedakan hamba pilihan, hamba biasa, dan hamba gila.

Dan, aku sadar makin Makin lama nulis ko semakin ngawur yach..? he..he..


Tapi yang jelas.....

Mungkin inginku begini....

Wahai pemilik cinta.....
Izinkanlah aku mereguk cawan cintaMu sedalam-dalamnya, seluas-luasnya.

Tapi kemudian, ingin segera aku titipkan kembali, ku kembalikan kembali....
Cinta-cinta yang berhamburan, diantara cinta-cinta yang palsu, diantara cinta-cinta yang membebaniku, diantara cinta-cinta yang menjuhkanku dari cintaMu.

Tapi.... biarkanlah dahulu aku selalu merasa kekurangan dengan makna dan arti cintaMu, agar aku selalu berusaha membukanya, mencarinya dan menyusunnya perlahan.
Lalu memperbaikinya kembali, merapihkanya kembali, dan selalu memperbaharuinya kembali, di setiap detik, jam, hari, tahun demi tahunku menuju janji-janji Mu
Read more...

Saturday, April 24, 2010

Nadi Salab.

Setiap ada pertanyaan, olahraga apa yang paling kamu sukai? tanpa berpikir panjang *karena akan kelamaan* pasti gw bilang, bola....!!!!, dan seluruh duniapun menyahut tanda setuju "oloh-oloh....*

Brader......, waktu itu KPMJB ngadain futsal persahabatan antara Dp dengan Tim Siliwangi, di nadi Salab Zahro. Acara dimulai semenjak jam 8 pagi, ok.


Nah, karena banyak banget yang dateng......*asal tau sendiri yaa..... kalo kegiatan yang ada bolanya......yang dateng pasti ribuan* 'itupun kalo dihitung sama rambut2nya' ckckc..., akhirnya tim bola dibagi 4 tim, selain DP dan Siliwangi juga ada tim serabutan alias tim warga.

Termasuk gw yang so imut dan (g pake 'so')ganteng, dateng ke lapangan dengan celana sontog, kaus belang2 kayak zebra, sepatu putih dari Attabah (yang ini promosi) huahua.

Kucruk...kucruk.. dateng dengan gaya, kayak pemain bola dunia dan akhirat *lhoo ko?!*

Anyway permainan berjalan dengan lancar....satu sama lain saling serang, saling bertahan dan saling bacok...wakwkwk emang lagi twuran jang... saling bacok....?!

Putaran pertama tim gw kalah tipis 1-0 dari tim siliwangi....gw yang waktu itu main sebagai stiker "tempelan", tidak terlalu bisa walakaya, sebab seacra fisik gw lelah berat, akibat pertempuran kemarin siang di Nadi Madrasah sama anak2 Pakeis.

Ketika putaran kedua, baru gw bisa mengungguli...menang 1-0, hore..!!!!

Cuma masalah besar dan sial bagsaaaattttttt.....*banget* maksudnya...ah! Pas putaran terakhir.....gw sebagai stiker handal.....kesenter bola aanjrooott..!! dengan sangad dobit alias dobthon.... bola yang diperebutkan gw sama Agus, akhirnya berputar-putar dengan kecepatan 1 kilo perjam dan dengan sangat teladan sang bola bertengger di mata sebelah kanan gw.....

ougrhhhhh, sakitnya agan...~!!!!!!

Kalo gi ga banyak orang mungkin gw udah nangis lolongseran di lapangan kayak anak kecil umur 4 tahunan pengen dibeliin mobil Mercy. haik..haik *kucing mau muntah*

Kesan pertama waktu gw kesenter bola......adalah sedih, sebagai bukti, mata gw ngeluarin air mata...hiks..hiks!!

Asli gw sedih banget....karena, waktu itu mata gw bener2 ga bisa liat...semua putih melempem, pandangan gw bener2 kabur...., pikiran gw udah kemana2 waktu tu,..
jangan2....gw buta...jangan2 ini rahasia di balik futsal...jangan2 ini akibat nonton filmnya Jupe, jangan2..jangan be'ol di jalanan!!! wkwkwkw.

Asli...gw merasa mungkin gw kurang bersyukur, mungkin Allah menyuruh gw untuk tobat dan selalu ingat atas segala nikmat2nya, terutama nikmat mata...semua perasaan itu datang menyelimuti seluruh isi hati dan luubuk hati gw yang paling dalem...dalem banget....hachimm *gw bersin*

Benar apa kata orang....kita akan sangat merasa dekat dan sangat bersyukur saat kita sedang kehilangan. Benar...kadang kita kurang menyadari betapa besar nikmat mata berupa pandangan yang Allah berikan kepada kita. sadar2 ketika sedang sakit mata, MasyaAllah.....

Samapi gw menulis diary ini, mata gw masih sering sakit2an, terutama ketika melihat sinar secara langsung...mungkin gw kena iritasi cukup parah...tapi alhamdulillah gw udah sempet berobat...cuma dokter ga sempet periksa, dia cuma ngasih gw obat mata. Mudah2an kedepanaya gw bisa sembuh total seperti biasa...amiiin.

Pesan moral: "jangan sampai cium cium bola pakai mata ketika futsal berjalan" berbahaya...!!!!
Read more...

Friday, April 23, 2010

Sersan

Kenapa harus santai.....?!
Kenapa harus rilex.....?!

Kata santai atau rilex, mestinya selalu akrab dalam setiap ingatan kita, atau paling tidak, menjadi sikap pilihan saat kita menghadapi sebuah permasalahan. Santai atau rilex bukan berarti kita menunda-nunda pekerjaan, cuex bebek, acuh atau sejumlah konotasi lain yang disematkan pada dua kata ini . Kenapa demikian?! Karena menurutku kata santai dan rilex juga bisa dikonotasikan pada hal negatif. Misalnya; “udah deket ujian, ko masih bisa santai-santai??! ”


Seringkali istilah sersan (serius tapi santai) terdengar dalam berbagai acara. Biasanya istilah ini diucapkan seorang pemimpin kepada para anggotanya, sebelum atau saat sedang dimulainya acara. Baik itu di pelatihan, orientasi atau bahkan ketika pelajaran di sekolahan berlangsung.

Sikap santai dan rilex erat kaitanya dengan kondisi psikologi sesorang. Terutama penguasaan emosi dan kejiwaan.

Saya pernah mengalami beberapa kejadian menarik tentang pentingnya sikap santai dan rilex dalam arti positif tentunya, okey..Mudah-mudahan menjadi buah pelajaran.

Seorang teman pernah menceritakan kejadian mengharukan tentang seorang teman SMAnya yang tiba-tiba meninggal selepas mengikuti olimpiade matematika. Menurutnya, sekitar sebulan sebelum dimulainya olimpiade, dia berjuang keras mempersiapkan materi olimpiade yang akan diujikan. Adanya keinginan yang kuat serta ambisi yang besar untuk memenagkan ujian, membuatnya belajar mati-matian. Bahkan saking keasyikannya belajar, seringkali waktu tidur dan makanpun terabaikan.

Diakhir penantian, saat olimpiade akan dimulai sore hari, tepat pada paginya dia merasakan gejala-gejala aneh yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan, seperti mata kuang-kunang, pusing kepala, dan letih yang sangat. Sempat dia bertanya kepada teman-tamanya, “ko mataku kunang-kunang…?”. Kahwatir dengan kondisi fisiknya yang kurang vit, baik guru maupun teman-temanya menyarankan agar dia merelakan untuk tidak ikut olimpiade.

Walaupun dengan keadan kurang vit, anjuran tersebut tak lagi dihiraukanya. Menurtnya, bagaimana mungkin perjuangan selama satu bulan harus dia siasakan dalam waktu bebrapa jam saja?!.

Seusai mengikuti olimpiade, pusing dikepalanya serta mata kunang-kunangnnya semakin parah, bahkan kata-katanyapun mulai tak lagi terkontrol. Lalu dia tertudur, dan didalam tidurnya di menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Setelah diteliti, ternyata ketidakrilexan-nya telah membuat semacam paksaan terhadap saraf-saraf otak untuk bekerja non stop, sehingga saraf-saraf itu putus dan menyebabkan kematian. Inalillahi....


so, to be SERSAN (serius tapi santai).....:)) ok..
Read more...

Tuesday, April 20, 2010

Prosma

Berawal dari Prosma. Dulu kita sempat ingin menghapuskan materi Catar (catatan harian), karena menurtku catar itu ga penting2 amat. Nulis catar ga usah ada aturan baku, itu terserah mood orang *menurutku waktu itu* lagian pematerinya udah balik duluan ke indonesia, dan itu diamini oleh sodara saya Ayok. Iyakan Yok..?! he..

Tapi ternyata Mbak Desi, merubah anggapan itu. Menurutnya, banyak penulis handal yang berangkat dari Catar. Sebut saja diantaranya Franklin *klo ga salah tulis* seorang penulis terkenal dari belanda yang menuliskan diarynya saat dia dikejar-kejar tentara Nazi ketika PD ke-II, atau Andrea Hirata, Raditya Dika dsb, dsb.

Singkat kata, catar itu penting. Tapi siapa yang mau ngisi, “kita ga punya pemateri” kata saya dan Ayok sambil ngelirik dan ngerayu mbak Desi. Karena merasa tertodong *mungkin sich… :D* mbak Desi kemudian tak bisa menolak rayuan Ayok, lalu pasrah menerima kesediaan dari Prosma untuk jadi pemateri Catar. Hore…!!!

Nutrisi2 kepenulisanan Mbak Desi saat materi catar sangat inspiratif, bahkan mampu merubah tanggapan umum kita tentang apa itu urgensi catar. Sebagai bukti, 2-3 hari setelah selesainya materi tersebut, ada beberapa anggota prosma yang nyata2 dia anti banget sama catar/diary, kemudian tiba2 mentag tulisan diarynya ke FB-ku.

Dengan bentuk pengalaman biasa/umum-umum saja, tetapi disajikan dengan gaya penulisan menarik, naratif, deskriptif, kadang eksotik juga kali ya…*padahal sya belum tau apa arti eksotik* heuheu.. dan juga bagaimana seorang penulis bersikap jujur terhadap apa yang dialaminya lalu menuangkanya dalam bentuk tulisan. Keurenn…!

Dari sini saya beranggapan, wah..mbak Desi berhasil, mana mungkin seorang yang anti diary dengan anggapan *melankolis, ke pink2an, terlalu mendamatisir keadaan delele) lalu tiba2 menuliskan diarynya dengan cukup baik layaknya orang yang terbiasa nulis diary. Wah terimakasih mbak Des…

Oh iya, karena Prsoma udah selesai, saya ingin berterima kasih kepada semua
temen-temen Prosma, utmanya kepada para Pemateri (Mbak Desi Hanara, Keh Kadarisman, Mang Rashid Satari, Mang Teguh Hudaya, Ust Syukur,) atas pengorbanan waktu serta aktivitasnya, terimaksih banyak mudah2an ilmu2nya bermanfaat. Juga Ayok *Prosma tanpa ayok kayaknya ga bakal jalan dech.., makasih Yok* Juga sahabat2 Prosma semua yang sudah mengikuti sejak awal hingga akhir, atau yang berhalangan. Terimakasih. Terimakasih juga buat DP KPMJB, DP Fosgama dan Pasangrahan atas segala bantuan, mulai tempat, pendanaan, waktu yang terganggu, semuanya pokoknya.

Tak lupa, saya secara pribadi, dan Manggala-Prosma sebagai pihak penyelenggara, memohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan. Semoga kita selalu tetap menjalin silaturrahim, dan senoga kita tetap terus berkarya amiiin….:d
Read more...

Tuesday, March 16, 2010

Para Pengemis


Disuatu pagi, sekitar pukul 07.30 sepulangnya dari rumah teman, aku berjalan di trotoar sempit antara pertigaan Ahmad Said menuju Asrama Buust melewati Sinagog Yahudi yang tak berfungsi tapi mulai diperbaiki dan dijaga ketat oleh dua orang polisi. Selanjutnya melewati pertigaan Nadi Moyah tentunya. Seperti biasa, rute Robea Al adwayiah-Buust via pertigaan Ahmad Said merupakan salahsatu pilihan alternatif bagiku bahkan bagi kebanyakan masisir yang tinggal di asrama Mission City bila bis biasa tak kunjung tiba.

Trotoar tersebut masih terlalu sepi dan sempit, sesepi negri Mesir dikala pagi dan sesempit kebanyakan trotoar di negri ini. Jalananpun masih cukup senggang hanya sesekali dilewati kendaraan pribadi, “mungkin mereka salah satu yang punya janji, janji untuk keluarga atau untuk dirinya sendiri” gumamku dalam hati. Hampir tak ada kendaraan umum atau malah tak ada sama sekali, apalagi saat itu masih H-3 dari lebaran Haji.


Ditengah perjalanan, tiba-tiba aku merasa diikuti oleh sesosok orang, dan akupun merasa sewajarnya bila menaruh curiga. Selanjutnya, ku lirikan mataku ke arahnya. Beruntung kawan, ternyata dia hanya seorang bapak-bapak paruh baya namun jalanya seperti terburu-buru. Merasa dicurigai anak muda “tampan” macamku, si bapak mengalihkan jalanya ke tepi jalan. Dan kawan, saat-saat seperti inilah aku merasa berdosa, kenapa tadi aku harus curiga? Kenapa tak kutanya terlebih dahulu. Bapak penjahat atau bukan? Jika bukan, tentu kan’ ku ajak dia berkawan. Jika ya, tentu kan’ ku keluarkan jurus-jurusku, jurus teriak maut atau jurus lari terbirit-birit. “tapi ah...ku kira jangan kawan, ide itu terlalu canggih!”

Setelah mendekati pertigaan nadi Moyah, aku teringat sesuatu, yah...teringat dengan sesosok bapak tua yang tak berkaki, dan seringkali dia mangkal di pertigaan itu. Aku teringat dengan keikhlasanya— ketulusanya menyapa setiap pejalan kaki dengan salam, senyum lalu doa kebaikan, akrab...akrab sekali. Fisik bapak itu tak sempurna, dia tak berkaki, sehari-harinya duduk diatas skateboard sederhana, jika berjalan roda-roda besinya akan mengeluarkan suara yang bisingnya minta ampun, “kruuuuk...krurrrk” mengalahkan suara kendaraan yang hilir mudik di hadapanya. Entah siapa yang membuatkannya, anak-anaknyakah, saudaranyakah, yayasan sosialkah, atau malah dibuatkan olehnya sendiri?!

Berjalan, makan, menerima uang, semuanya dilakukan dengan kedua tanganya, hati siapa yang tak kan iba memandangnya? Tapi ketulusanya, senyuman dan kepolosan sapaanyanya kepada setiap pejalan kaki telah membuat aku kagum dengan sosoknya. Senyumanya telah mengajariku agar jangan pernah mengeluh, ketulusanya telah mengajariku agar aku selalu bersyukur, sapaanya telah mendidik jiwaku agar dapat selalu menikmati kehidupan fana ini disaat sempit maupun lapang, disaat kaya maupun miskin. Dan kawan, aku tak pernah melihat beliau menengadahkan tangan seperti kebanyakan pengemis lainya, dia hanya akan tersenyum lalu menyapa setiap pejalan kaki.

Wajahnya sedikit menghitam, mungkin karena seharian dibawah sinar mentari juga karena asap volusi. Beruntung kawan, senyumanya selalu menyegarkan wajahnya kembali. Mungkin dalam senyumnya ada kesyukuran lalu berusaha memberikan sodaqah sederhana bagi tiap pejalan kaki. Dalam ketulusanya ada ketegasan, ketegasan bahwa dia sedang menikmati taqdir Ilahi. Atau jangan-jangan dia seorang kesatria, kesatria yang tak pernah mengeluh pada nasib atau pada ketetapan Tuhan yang penuh misteri lalu dia berusaha mensyukurinya. Sayang waktu itu aku tak menemukanya, lalu tiba-tiba hati ini merindukanya.

Fenomena pengemis di jalanan, di bis bahkan dimanapun kita temukan, tentunya tak selamanya berimplikasi buruk. Bukan melulu pemandangan seorang pengangguran atau gambaran negara berkembang yang sedang mengalami frigid dan tak maju-maju—bisa jadi karena anggarannya banyak dimakan koruptor atau malah kebanyakan menggajih dewan, lantas tak mampu lagi ciptakan lapangan pekerjaan.

Malah, Jika dengan hati terbuka maka kita akan melihat pemandangan makhluk-makhluk “lusuh” yang pantang menyerah, walaupun bukan dengan “profesi” yang mereka cita-citakan namun diantaranya tetap ikhlas, sabar mejalani hak providensil Tuhan yang digariskan. Keberadaanya senantiasa memberikan pelajaran berharga, yaitu pelajaran bersyukur dan gerakan saling mengasihi.

Kawan, Ada perbedaan cukup kontras antara fenomena pengemis di negri ini dengan di tanah air kita, “menurutku”. Di Mesir, hampir saja aku tak menemukan pengemis yang tak berbaju lusuh apalagi sampai memaksa kasar. Di Indonesia, pendidikan mengemis malah banyak di galakan, menyedihkan..! Di dalam bis kota seorang pengemis tak ubahnya seperti preman pelabuhan, tubuhnya kekar, wajahnya menyeramkan dan tak sungkan mengancam. Sayang, tubuh yang gagah dan kekar namun mentalnya peminta-minta.

Prie GS, dalam tulisanya, dia pernah bertemu seorang bapak paruh baya di dalam angkot. Suatu ketika si bapak menolak dipungut bayaran, tampangnya seperti kebanyakan. Tentu menjadi sangat ganjil jika menolak bayaran.

“saya ini pengemis” ujarnya kepada karnet. Kemudian terjadi adu mulut antara si karnet dan si bapak yang mengaku pengemis tersebut. Tak lama kemudian, adu mulutpun berakhir itu terjadi setelah si bapak menunjukan sesuatu dari tasnya, sambil berujar, “ini pakaian ngemis saya..!” si kornetpun melongo keheranan. Ironis..!

Bahkan para pengemis kita duduk-duduk santai di kursi dewan, mengaku pembantu rakyat tapi sering ketiduran saat berlangsungnya sidang malah kadang gila jabatan. Bahkan ada juga pengemis di kantor-kantor sekolahan, mengambil sogokan dari tiap wali nakal yang punya anak nakal. Atau baru-baru ini di kantor-kantor kepolisian atau kejakaan, hilang keadilan gara-gara ngambil “tambahan”. Menyedihakan..!

Lalu siapa yang akan disalahkan...!?, Penjajahan Belandakah yang tega menjajah kita selama 3,5 abad dan secara tidak langsung mendidik pendahulu kita untuk bermental abid. Atau orde barukah yang telah mengekang kebebasan kita selama 32 tahun...!? Ah’ rupanya aku terlalu sok tahu, padahal semuanya tergantung pada diri kita sendiri.

Terkadang aku berpikir, jangan-jangan aku malah one tipe dengan mereka (para pengemis; red). Walaupun dengan pakaian sedikit lebih rapih, fasilitas kehidupan sedikit lebih lengkap misalnya, sudah berani mengemis jarak, biaya dan waktu kepada orang tua misalnya, tapi aku malah berani banyak-banyak berdiam diri lalu asyik tiduran. Memohon ilmu kepada guru, tapi malas mengamalkan. Aktiv di beberapa kegiatan misalnya, tapi aku malah mengemis pujian. Banyak berkarya tapi aku gila ketenaran. Oh...tidaaaaaak...!!!

Ok..ok kawan, mudah-mudahan kita tidak seburuk itu, semoga hati kita selalu tetap siaga, ikhlas saat sempit maupun luas. Semoga kita termasuk hamba yang pandai bersyukur, bersyukur dengan apa yang ada lalu bersyukur dengan tetap mengoptimalkan setiap waktu dan kesempatan serta mengedepankan asas manfaat, bukan hanya untuk pribadi bahkan untuk masyarakat yang lebih luas. Khairu annasu anfau’hum linnas.
Wallahua’lam
Read more...

Monday, March 8, 2010

Dari Nazi, Yahudi Samapai China


Ngebet pengen nulisin apa yang ada di otak, tapi tangan ini tak kunjung bergerak, ah jadi mules rasanya...."kunaon jang, dahar cabe..?! :D..". Apalagi kalo dah megang FB..., komplikasi jadina...

ya kadang ketika ada kesempatan buat nulis, pengen ngesay, pengen jalan, pengen nonton, pengen apa. Jadinya, ya.. ga jadi jadi. Tapi itu mungkin emang sudah godaan, atau kurangnya kemauan. Taulah..?!


Ok ok biar tulisan ini agak sedikit bermanfaat, khususnya buat ane yang nulis, juga buat temen2 yang memang berkesempatan buat baca note ini, ya.. kali aja kan', ada yang mau kasih masukan, atau sekedar berbagi cerita sama yang lagi nahan laper, "eh salah..slah" maksot gw yang lagi pengen nulis apa yang ada di kepalanya, tapi ga jadi2 nulisnya, kayak ane sekarang ini, gawat kan?! "anak gajah makan kawat, nya jelas mati.. atuh, o'on heheh" (eh..eh Sory..:))

Eumhh..apa ya..?!

Ane mulai dari peristiwa singkat ketika duduk-duduk santai bareng di Pasangrahan. eum..waktu itu kita kelaperan "ma'lum baru bangun dari tidur semalaman"

Kita berlima, terus.. sambil nungguin ada yang bersedia kebawah buat beli makanan, tiba-tiba kita ngobrolin tentang Nazi, Yahudi terus ke budaya China, ga jelas darimana asal muasal obrolan. pokoknya gitu aja. titik.

Diawali dengan buka2 file koleksi album di PC teman. Disana ada foto2 dia lagi action, dekat perbukitan daerah matruh. "kayak di sinai ya...?" tanya teman disebelahku. 'eh iya ya...' kata teman yang satu lagi

"ngomong-ngomong Sinai, menurut berita, sekarang sebagian tanahnya telah dihibahkan Mesir buat Palestina. Katanya sih..itu atas desakan Amerika dan Israel. soalnya sebagian tanah Palestina di Gaza terus dijajah israel buat pemukiman orang-orang Yahudi" kataku agak sotoy.

"dasar we..yahudimah sagala digalaksak, engges wee kabeh ku yahudi, tumanlah..!' kata temen ane ikut kesel.

"itulah watak Yahudi. bahkan tidak ada satu keteranganpun yang mengatakan bahwa ada satu kelompok bani isarel yang dinyatakan setia taat kepada Nabi, sebagaiamana kaum muslimin atau sebagaiaman 12 orang pengikut setia Nabi Isya (hawariyun). kecenderungan mereka selalu ingin melenceng, kecuali mungkin perindividu saja yang sadar dan tobat, tidak sampai pada keterangan kelompok." (kata siapa yah..ini??!)

Ketika buka2 album yang lain, ane lihat ada tempat persembunyian tentara Nazi di daerah Matruh, Kebetulan temanku emang pernah travel kesana, salah satu tempat rekreasi di Mesir. .


"eh ko ada tentara nazi disini si..?"tanyaku heran.
"oo iya itu tempat persembunianya waktu PD II" jawabnya singkat.

Terus ada juga temanku yang lagi kelaperan, "eh..ternyata orang jerman, mereka sangat bangga lho..dengan Hitler dan tentara Nazinya!!!"

"iya dong...siapa lagi kan yang mau membanggakan hasil negrinya sendiri" ucap ane.
"o iya jelas, harus bangga" kata Akang ikutan nimbrung..

'eumm, ternyata tentara Nazi ada dimana-mana yah...' kataku. "kalo ga salah, dulu ane pernah baca juga, katanya di Indonesia ada salah satu komplek kuburan tentara Nazi. nah, setelah di telusuri sejarahnya, ternyata mereka adalah para tentara yang diutus Hitler untuk membunuh/mencari orang2 Yahudi yang melarikan diri Ke Indoensia ketika masa-masa perang dunia ke II" kataku masih dalam keadaan setengah sotoy, hehe....

Dalam majalah sabili edisi sekian, ketika orang2 Yahudi mengalami banyak penganiyayaan khususunya di daratan Eropa mereka banyak mlarikan diri, menjadi imigran ke berbagai negri, termasuk ke Indonesia.

Salah satu kepintaran Yahudi, mereka selalu berusaha menguasai para petinggi yang berada di tempat tersebut. Ketika di Indonesia mereka berusaha menikahi gadis-gadis, dimana orang tuanya yang memang memiliki privilese di tempat tersebut. salah satu buktinya adalah Ahmad Dhani, Dewa. kata majalah tesebut memiliki keturunan Yahudi, entah nenek atau kakeknya, lupha.....

"oo pantesan lambang2nya mirip lambang Yahudi....' kata temen ane ikut mengomentari...

Bahkan di daerah Jatim, sudah terdapat Sinagog. Cuma ketika diinvestegasi, penjaganya berusaha mengelak dan mengatakan kalau bangunan ini hanya rumah biasa, padahal didalamnya ada mimbar serta beberapa lambang yang dipakai umat Yahudi. Juga katanya ada di Bandung, cuma sayang keberadaanya tidak bisa di ivestigasi.

kembali lagi ke bahasan semula, bagaiamana Yahudi banyak yang diusir dan banyak melarikan diri. Itu, karena orang2 Yahudi dianggap sangat membahayakan mereka, makanya kan ada istilah Holoucus, (walaupun jumlah korban dan dahsyatnya peristiwa tersebut banyak sekali kedustaan.

Mereka; Yahudi, mebesar-besarkan peristiwa Holoucus sebagai tragedi penganiyayan bagi umat Yahudi. Demi mengambil simpati dunia agar mau melindungi komunitas mereka. Salah satunya Inggris ( yang menjajah Palestina saat itu) yang bersimpati dan mempersilahkan mereka untuk Hijrah ke Palestina )

Ane lupa lagi, arah pembicaraan menuju kemana.., yang penting waktu itu, kita mumggu datang makanan buat sarapan pagi.

Akhirnya dateng juga makanan yang kita tunggu-tunggu. Ada Pizza, (ya pizza murahan, paling 2 le-an, hoho..) sama roti keju plus madu. lumayan lah buat ganjel perut.

ok..ok lanjut lagi gan...!

Tiba2 dari pembicaraan Nazi dan Yahudi, ngalur ngedul sampe ke Cina.
(sebelum tertipu, ada kata2 yang ane tambah biar rada seru..gpp kan..:d)

Kata ane sok tahu, "jadi china itu memang memiliki sejarah kebudayaan yang cukup kuat, dan itu sangat berpengaruh pada watak serta mental mereka dimasa kini bahkan yang akan datang." sok mataf kan?? :d

"negara mereka menganut sisitem ekonomi liberal" lanjut gw masih St12. "Negaranya memberikan kebebasan serta motivasi kepada setiap warganya (swasta) untuk memproduksi apapun, makanya, walaupun warganya terbanyak, tapi tingkat serta regulasi ekonominya begitu pesat. walaupun prinsip produksi mereka, "mendahulukan kuantitas daripada kwalitas"

"ooo iya heuhh bener" kata teman disebelahku. (padahal ane st12..heheh)
"murah, tapi cepet rusak" kata dia menambahkan.

"ya..contonya aja Di SUkabumi, banyak sekali orang Cina yang menguasi pasar serta perdagangan. Tapi sekarangmah citra orang cina udah agak menurun, kepercayaan serta daya beli masyarakat kepada pedagang Cina sudah mulai berkurang, ayenamah masyarakat Indonesia sudah mulai berpikir, artinya sekarang masyarakat kita sudah pada pinter" kata teman yang satu lagi ikut menaggapi.

"memang sudah saatnya kita memanfaatkan para pedagang lokal, gerakan Cinta produk dalam negri mestinya harus lebih ditekankan. ya..walaupun harga lokal masih lebih mahal dibanding produk mereka" ujarku mendukung.

Tapi menurutku fakta dilapangan umumnya tidak demikian, pedagang china masih menguasi pasaran, bukan hanya soal produksi, demikian juga perdagangan. Bahkan mereka mampu menguasai di berbagai bidang dan jasa. Contohnya propherti, bank, kontaraktor dsb.

Kadang pemerintahpun merasa sangat kesulitan. disatu pihak masyarakat dianjurkan untuk mencintai produk dalam negri, tapi dipihak lain, produk Cina jauh lebih murah dibanding produk kita sendiri. Apalagi bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, ukuran harga masih menjadi patokan utama.

Penguasaan warga tionghoa dalam hal keduniaan, sebetulnya tidak terjadi secara kebetulan, tapi semuanya tumbuh dari sebuah keyakinan, tuntutan kehidupan serta Pengalaman sejarah. Unsur-usnsur tersebut itulah yang menjadi elemen kolektif sehingga mampu membangun watak serta kepribadian mereka dalam menguasai usaha dan materi.

"Orang Cina sangat terkenal dengan keuletan" kata tyeman ane ikut menanggapi percakapan kita. "benar, 25 perak aja dikejar-kejar" kata Ucen.

Jangan lupa, selain ulet mereka juga sangat terlatih untuk hidup mandiri dan sederhana. Bahakn ketika mereka telah menjadi seorang pengusaha suksespun, mereka tidak serta merta mudah berfoya-foya.

Dulu Pak kyai pernah bercerita. saya punya langganan toko cina. Tokonya cukup besar dan terkenal, tapi setelah bapak perhatikan, ternyata pemiliknya begitu sangat sederhana,setiap hari pemiliknya cukup menggunakan speda onta dari rumah menuju tokonya. ungkap beliau.

Memang benar, banyak cerita tentang bagaimana keuletan dan kesederhanan warga Cina dalam prilaku kehidupanya.

ketika SD, seorang guru pernah bercerita. Orang Cina itu kalo tidur sepatunya aja sengaja engga dilepas, alasanya, agar pertumbuhan kaki engga cepat membesar, dan secara otomatis sepatu mereka tidak cepat ganti ukuran. Hemat!!!. uajar guru ane menasihati.

fenomena orang Tionghoa yang banyak menguasai sektor perdagangan dan perusahaan, khususnya di Indonesia layak kita carikan solusinya. Dimulai dari bagaiamana kita sebagai pribumi agar dapat meniru hal-hal pofitis rahasia keseuksesan mereka, membangun kesadaran agar masyarakat lebih cinta pada produk dalam negri, membentuk mental serta para pengusaha lokal agar mampu bertahan dan bersaing dengan para importir luar, serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang seharusnya lebih mengutamakan para pengusaha lokal, salah satunya dengan membatasi perijinan barang imporan.

Dalam catatan Sejarah, memang katanya orang Cina sudah sangat lihai dalam hal berwira usaha. Ketika Para agresor, datang ke Indoensia, orang-orang Tionghoa banyak dimanfaatkan oleh mereka (portugis, belanda dsb) untuk membantu mereka dalam sektor perdagangan di Indonesia. Alasanya, orang-orang Tionghoa lebih lihai dari orang pribumu sendiri. Bahkan mereka lebih tau dan sangat menguasai medan serta jaringan perdagangan di tanah air kita.

Bahkan, privilese2 warga tionghoa di Indonesia tak berhenti sampai disana, tapi berlanjut sampai masa kemerdekaan, orde baru, bahkan sampai saat ini. Dari sekian pengusaha besar dan milioner di Indonesia, barangkali para pengusaha lokal masih bisa dihitung jari.

Tionghoa di masa Orde, Suharto......udah duluw,....ntar lanjut lagi kalo ada muddd
atau yang mau ngelanjutin jga boleh heuehu.....
Read more...

KCB Vs AAC


Setelah sekian lama dalam penantian, akhirnya bisa jua nonton KCB. dulu ketika masih baca novelnya, rasanya ga mau beranjak sebelum novelnya tuntas abis dibaca sampai kar-akarnya (emang jenggot ada akarnya...hehhe). dari bangun tidur ampe tahlil dam karena waktu tu lagi semangat2nya ngajuin beasiswa, tuh novel ga pernah absen di tas gendong ku (tak gendong kemana2,,weeew). selain seru, sedih, bangkitin spirit, lucu, gatal-gatal (lhoo ko.??,) doi juga dikejar deadline, solanya tuh Novel hasil pinjeman, yah mau gak mau harus cepet2 dong, tapi emang gak rugi sii..tuh novel udah bikin aa nafsu makan... kalau novel tersebut jadi bestseller, emang sekudunya, menurutku.....

Gak lama kemudian, ada kabar kalu novel tu mau di flmkan juga kayak AAC, jelas doi seneng banget, nambah lagi kebanggaan ku sebagai seorang mahasisiwa Azhar, ya...walaupun doi ga sekeren Azam ga prepeeek lah istilahnya, paling engga mama doi bisa liat aktivitas anandanya bercermin dari Azam dalam KCB. wuihhh...kerenkan...!! heheh...trus mudah2an perfileman Indonesia dapet angin segarnya, fositivnya-lah.. karena meneurutku selama ini perfilman kita udah sangat menyedihkan, jauh dari etika dan pendidikan (dan ini yang membuat ku ingin jadi sutradara....) dulu..^_^

Ok lanjut lagi gan... Setelah semakin gencar( kabarnya maksudnya), akhirnya para kru end kang Abik datang juga ke Mesir sebagaiamana dulu sebelum AAC difilmkan, bahkan waktu tu Kang Abik sempet jadi pembicara dalam salah satu seminar yang diadakan masisir, and juga sempet panitia mengadakan audisi buat para masisir yang pengen jadi pemeran azam, sayang doi lagi kerja di mt'am, tapi gpp ngasih kesempatan buat artis muda dulu lah...haiks.....

nah yang bikin kita bangga lagi, KCB ni berencana mengexplor abiz suasana Mesirnya secara masif sesuai dengan isi Novelnya tu. yupzzz...ide bagus, karena terang aja dulu doi kecewa ama AAC, masa ceritanya di Mesir shotingnyaa di jawa tengah blurrr..?!!!, ya..superemn makan kangkung dong (ya ga nyambung....).....nah mudah2an dengan KCB nih setidaknya bisa membalas kekecewaan AAC, apalagi sutradaranya katanya lebih islami (maaf..maaf ya bang Hanung , emang kenyataanya begitu si...hehe) harapku saat itu.

Eh agn agan bersambung dulu ya....doi laper nih mo maak mie dulu..bay by
Read more...

Tuesday, February 23, 2010

Persahabatan Dalam Bagian


Indahnya persahabatan adalah saat kita saling membutuhkan, di saat kita dibuthkan dan memberi pertolongan dengan tulus dan ikhlas. Betapa mudah seseorang mendapatkan seorang teman, karena jalinan persahabatan dapat saja terjalin karena adanya tali persaudaraan, ada juga karena kita dikenalkan, atau karena secra tiba-tiba kenalan dalam bis, di antrean atau dimanapun kita berada.

Ada banyak orang menjalin persahabatan, ada yang tulus ikhlas, ada yang karena sudah terlanjur saudara, ada yang karena uang, ada yang karena punya kebutuhan dan lainya.


Persahabatan yang dijalin karena ketulusan tentunya akan membuahkan saling memahami, yang sebnarnya sikap inilah yang dapat mengawetkan tali persahabatan. Jika kita termasuk orang yang mudah mendapatkan seorang sahabat maka tugas kita selanjutnya adalah bagaimana kita menjaga tali persahabatan hingga dapat bertahan selamanya bahkan bila perlu sampai usia menutup mata.

Menemukan sahabat, bagaikan menemukan perahu layar. Bila pandai menjaganya, denganya kita akan mengarungi lautan samudra hingga sampai ke pulau impian yang kita inginkan, berlarian di taman rumput di tepian pantai dengan hisan taman karang dan ombak-ombak yang kecil. Namun jika tak pandai, sebaliknya kita akan terhempas badai samudra lalu berebutan arah tujuan atau tenggelam bersamanya sebelum sampai ke pulau tujuan.

Ada dua tali persahabatan yang kita kenal, ada yang halal dan adapula yang haram. Meski mungkin kedua-duanya saling akrab, saling berduka cita berbagi cerita tapi tentunya nilainya berbeda. Cinta sejati adalah persahabatan yang dilandasi karena cinta, ketulusan hati karena Allah semata. Bertemu dan berpisah seklipun karena Allah semata.

Berbagai cara orang menemukan seorang sahabat, dengan tutur kata tentu lebih dominan, dengan isyaratpun tak sedikit tentunya. Dari sekian sahabat yang kita dapati atau yang kita kenali tentu tak semuanya akan menjadi sahabat sejati, karena tak semuanya dapat memahami, tak semuanya pula dapat saling membantu dan membutuhkan.

Berbagai cara orang memperthankan persahabatan, saling memperhatikanya setiap saat, membantu kawan saat membutuhkan bantuan atau tidak membutuhkan, menginggatkanya saat sahabat lupa, membawakannya oleh-oleh, atau sekedar menjadi pendengar sejati saat dia sedang berkeluh kesah, mengantar dia pergi, dan mungkin banyak lagi. Walaupun yang paling baik adalah ketika kita saling mengajak, menemukan solusi dan salang menghantarkan ke jalan yang baik, dan diridhai Allah SWT.

Seringkali kita diingatkan bahwa pentingnya persahabatan bukanlah saat ini akan tetapi pada saat yang akan datang, yaitu suatu masa yang tak terduga-duga. Saat kita saling dewasa, saat kita saling tua, atau bahkan saat kita saling masuk surga. karena mustahil kita akan saling terbuka, saling membantu kelak, jika saat ini kita malah saling melukai.

Berbagai hal yang harus kita hindari di saat menjalin persahabatan, diantaranya:
1. Mengingkari janji
2. Berbohong
3. Mencemooh dan meghina
4. Rasis
5. Terlalu banyak meminta dan sedikit membantu
6. Perhitungan
7. Mengungkit-ngungkit kesalahan
8. Mengadu domba
9. Berlaku bakhil, sombong, dengki kikir serta segala sifat yang dapat menghancurkan tali persahabatan.



Barbagi tips untuk mendaptkan seorang sahabat. Baik di majalah, berita atau guru-guru di sekolahan sekalipun, walupun tipsnya hampir sama tapi kadang ada kategori nilai yang tertinggal, yaitu betapa besarnya nilai sebuah persahabatan serta pengaruhnya terhadap nilai tataran sosial budaya, bahkan agama sekalipun.

Diatara tanda seseorang merasa care dengan sahabatnya adalah ketika dia mulai terbuka dengan kita, atau juga saat dia mulai berani meminta bantuan dan sebaliknya membantu kita.

Terkadang kita merasa direpotkan disaat teman meminta bantuan, padahal itu adalah tanda bahwa dia merasa terbuka, lalu berani dengan kita, tentu pada garis-garis kita saling memahami, karena adakalanya seorang teman baru yang langsung bra bri bro minta ini minta ono.

Sebagaibana yang banyak kita ketahui ada beberapa tipe persahabatan;

pertama persahabatan seperti racun: sebagaiamana racun, persahabatan seperti ini akan lebih banyak mengancam daripada menghasiikan mafaat.

kedua seperti obat: tipe sahabat seperti ini seolah dibutuhkan hanya saat kita terkena penyakit saja atau tatkala sakit saja, selebihnya dia pahit sebagaimana pahitnya pil obat .

Ketiga persahabatan sebagaiamana makanan dan minuman: ia dibutuhkan setiap saat, dia bagaikan air dipegunungan disaat kita sedang dahaga kehausan atau bagaikan roti penawar rasa lapar.

Sekian semoga bermanfaat. ;)
Read more...

Saturday, February 20, 2010

Klasifikasi Lafadz; Dilalah Wadih wa Ghairu Wadih


Prolog

Syariat Islam sebagai syariat Nabi dan Rasul yang terakhir; Muhammad Saw—, memiliki kesempurnaan sistem baik ditinjau dari aspek teks (al-Qur'an dan al-Hadist) maupun dalam implementasinya dalam bentuk konteks sosial. Diantara ciri khas sayariat Islam menurut DR. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc., dalam bukunya Islam Aplikatif, antara lain menyebutkan; kompherensif dan universal. Kompherensif beraarti syariat Islam mecakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik ritual (ibadah Mahdloh) maupun sosial (muamalah temasuk sosio kultural, ekonomi dan civil scoeity ), serta Universal menyangkut segala aspek kehidupan demikian penerapanaya tanpa batas waktu dan tempat.

Namun menurut salah satu tokoh kiri Islam yang layak kita kritisi dalam salah satu seminarnya mengemukakan; bahwa dalam persoalan muamalah tidak ada ketentuan yang pasti di mana Allah menentukan “otoritas kebijakan yang permanen” terhadap bentuk hukum yang wajib dipraktikkan umat Islam. Yang ada hanyalah nilai-nilai pokok universal dalam Islam sebagaimana juga ada dalam semua agama. Karena itu jika ingin menetapkan suatu hukum dalam soal muamalah di suatu masyarakat harus melalui jalan ijtihad tanpa perlu terikat pada sistem hukum yang baku dalam Alquran maupun Sunnah, sebab dalam hal ini tidak ada “Hukum Tuhan” dalam arti ma'na lafadznya secara mutlak dan permanen.



Dengan demikian diperlukan suatu instrumen lain untuk menjembataninya, yaitu suatu perangkat yang menyesuaikan antara ma'na teks dengan konteks yang selalu baru. Dalam hal inil Ushul Fiqhlah yang menjembatani anatara ketetapan-ketetapan al-Qur'an dan as-Sunnah dalam konteks Nash yang permanen dan prisipil dengan konteks sosial masyarakat yang selalu berubah-ubah dan bersipat Variable. Untuk itu dalam pembahasan Syariah muamalah kita kenal istilah Tsawabit wa Muthagoyirat (prinsip dan Variable). Dalam bidang ekonomi, misalanya yang merupakan prinsip adalah larangan riba, pengambilan keuntungan, pengenaan Zakat, dll. Sedangkan variable adalah instrumen untuk melaksanakan prinsip tersebut, misalanya murabahah, mudharabah dan lain-lain yang sesuai dengan perkembangan sosio kultural dan tuntutan zaman.

Walaupun pada dasarnya Ushul Fiqih merupakan kodivikasi kaidah-kaidah universal yang membantu untuk mengintisarikan pokok-pokok Syari'ah furuiyah, yang terambil dari dalil-dali nash secara ekplisit dan terperinci, namun dari sinilah sejatinya ilmu Fiqih terlahir sebagi produk instant dari Usuhul Fiqh.

Maka bentuk kekhawatiran para liberalis terhadap syariah, dimana mereka menuduh syariat sebagai perangkat Islam yang memiliki kejumudan tanpa membangun wacana kesepadanan antara teks dengan kontks rill sosial masyarakat yang terus maju dan berubah-ubah adalah tidak benar adanya. Begitu pula kekhawatiran mereka terhadap Bibliolatry meminjam istilah T.H. Huxley yang dikutip Ulil Absahar Abdala dalam sebuah tulisananuya Menghindari Bibliotary, tentang Pentingnya Menyegarkan kembali pemahaman Islam, yaitu sebuah kecenderungan umat terhadap Holy suprame dalam hal ini (al-Qur'an) dan al-Hadist, sebagai bentuk "penyembahan teks"—menempatkan teks dalam kedudukan yang begitu"suprame", begitu tinggi, sehingga mengalahkan pengalaman rill kehidupan manusia yang multi tradisi dan sosio kultural adalah pernyataan yang sangat tidak logis dan tidak berdasar.

Demikian dengan Fiqih sebagai instrumen syari'ah, dalam perkembanganya telah menjadi sebuah disiplin ilmu yang berisikan kodipikasi-kodipikasi syar'iah melalui berbagai kajian serta hasil ijtihad para ulama yang tentunya memiliki cakupan sangat luas, yaitu mencakup segala ilmu , termasuk di dalamnya akhlak, ibadah dan muamalah.

Diantara beberapa bahasan Ushulul Fiqh, Klasifikasi lafadz merupakan salah satu pembahsan yang cukup urgen, bahkan dapat disebut sebgai intisari bahasan. Untuk itu perlu kiranya kita mengkaji lebih dalam lagi terkhusus dalam hal ini, karena pembahasanya sangat berkaitan erat dengan Istinbhatil Ahkam.

Setelah sedikit berapologi dan agar tidak keluar dari esensi bahasan, dalam pembahsaan kali ini kita masih berkutat pada Klasifikasi Lafadz, Jika kemarin menurut pemakaianya maka kali ini pengkalisifkasian menurut dilalahnya. Untuk lebih lanjut mari kita simak penguraian di bawah ini dimana penulis yakin bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan yang harus dikritisi, mudah-mudahan tidak merasa puas dengan makalah ini dan itu yang sejatinya penulis harapkan.


1. Klasifikasi Dilalah Wadih

Ada persamaan kategori pengkalsisfikasian Wadihu Dilalah menurut Wahbah Zuhaili dalam kitabnya Ushulul fiqh al-Islami dengan Ilmu uhulul Fiqah karya Abdul wahab Khalaf, keduanya mengklasifikasikan Dilalah wadih kepada empat bagian; 1. Dzhahir 2. Nash 3. Mufassar 4. Muhkam. Penulis menyimpulkan bahwa keduanya menganut paham Imam Hanafi dalam mengklsifikasikan dilalah menurut Qoidah Ushulul fiqh. Karena dalam kitab Nuhayat ass-Sul karya imam Jamaluddin Abdurrahim al-Isnawi yang bermadzhab Syafi'i, pengkalsifikasikan lafadz dalam kitab tersebut sangat dipengaruhi dengan kaidah ilmu manthiq.


Sebelum memebahas Dilalalah berikut kalsifikasinya secara lebih jauh, terlebih dahulu kita akan membahas Takwil sebagai perangkat penting sebelum membahas dan mentafsirkan bentuk lafadz-lafadz dalam ranah dilalah, walaupun penjabaranya hanya bersipat global hal tersebut agar tidak mengurangi esensi penjabaran makalah tentang klasifikasi lafadz.

Takwil

Definisi Takwil secara etimologi: Tafsir. Sedangkan menurut terminologi para ahli ushul mengartikan takwil; sebagai pembebasan arti lafadz dari ma'na aslinya ke ma'na yang lain berdasarkan dalil yang kontradiksi dengan lafadz tersbut, maka seyognyanya pentakwilan (lafadz) harus di barengi dengan suatu dalil yang berlawanan denganya—demikian karena Al aslu adamuhu, dan konsensi wajib terletak pada kejelasan lafazdnya tersbebut.
Contoh pentakwilan: Taqyidul muthlaq (pengikatan hal yang muthlak), Takhsisul Amm (pengkhususan hal yang bersifat global), Sharafahu ann umumahu (pebebasan mana yang global)

Al-majaal Attakwil
Bentuk pentakwilan memasuki dua area dalam nash;
pertama: Nash yang berisikan hukum pentaklifan, dikarenakan keraguan yang tumbuh dalam benak seorang mujtahid dalam mentakwilkan lafadz dalam memahami ma'na bahasanya untuk selanjutnya menjadikanya sebuah kesimpulan hukum syara' dari nash tersebut.
Kedua: Nash-nash permanent yang berisikan keyakinan dan I'tikad, sebagimana ayat-ayat yang membahas sifat-sifat Allah, Ahrufulmiqhoto'ah dll.


Syarat-syarat Takwil
Pertama; suatu lafadz (yang memiliki kontardiksi ma'na) sehingga memrlukan dan menerima pentakwilan, sebagaiamana dilalah Dzohir dan Nash.
Kedua: Sebgaimana lafad muthlaq yang memerlukan pentakyidan/ikatan atau pemgkhusussan lafadz Amm.

Penjabaran takwil dicukupkan demikian walaupun sejatinya masih cukup panjang, masih banyak pembagian-pembagian lain yang belum kami cantumkan, hal tersebut agar tidak mengurangi esensi penjabaran makalah tentang perangkat-perangkat lafadz.

Klasifikasi Lafadz

Perlu diketahui bahwa terdapat perbedaan pendapat anatar ulama dalam meng-klasisfikasikan lafadz, diantara yang penulis ketahui; Syafi'iah dan Hanafiah , secara garis besar perbedaan mencolok diantara keduanya, yaitu dalam methode pengklasifikasian, jika Hanafiah cenderung sistematis dan sedikit mudah untuk dipahami, sedangkan Syafi'iah cenderung klasik dan manthiqi sehingga sedikit sulit untuk dipahami.
Namun penulis disini hanya akan mengklasifikasikan lafadz terbatas pada methode Hanafiah, hal tersebut karena mengikuti silabus kajian yang mengikuti methode Hanafiah. diantaranya terdapat dalam Ushulul fiqh al-Islami karya Wahbah Zuhaili serta Al-Imu Ushulul Fiqh karya Abdullah bin Khalaf.

Terdapat persamaan kategori pengkalsisfikasian Wadih Dilalah menurut Wahbah Zuhaili dalam bukunya Ushulul fiqh al-Islami dengan Ilmu Ushulul Fiqah karya Abdul Wahab Khalaf. keduanya mengklasifikasikan Dilalah wadih kepada empat bagian; 1. Dzhahir 2. Nash 3. Mufassar dan 4. Muhkam. Sehingga ada kemungkinan keduanya menganut paham Imam Hanafi dalam mengambil Qoidah Ushulul fiqh.

I. Dzohir

Dzohir secara etimologi; bearti jelas. Sedangkan menurut terminologinya yaitu; setiap lafadz atau kalam yang memiliki ma'na eksplisit terhadap obyek pembaca melalui konotasi bahasanya tanpa harus menukilkan ma'na lafadz terhadap hal-hal skunder diluar maksud lafadz tersebut, baik lafdz tersebut mengandung ma'na yang luas ataupun tidak. Sebagaimana Firman Allah {Ya Ayyuhannasuttaqu rabbakum} atau ayat lainya { Azani wazzaniatu fajlidu kullu wahiddin minhuma} kedua Ayat diatas memiliki Dilalah yang cukup jelas sehingga tidak perlu mentakwilkannya secara lebih ekplisit lagi.
ketika maksud suatu ayat dapat dipahami tanpa memerlukan penukilan terhadap ma'na lainya, akan tetapi bukan merupakan maksud asli dari konotasi bahasanya, maka hal itu dapat mengi'tibarkan kalam tersebut keapada--maksud kalam tersebut secara eksplisit
Contoh: {Fankihu maa thooba lakum minanannisa mastna wa stulasa wu ruba'a} ayat tersebut secara jelas menunjukan ke legalan berpoligami dalam memiliki istri, tetapi ma'nanya tidak menunjukan kepada arti luas dari ayat tersebut karena maksud utama dari konotasi ayat tersebut adalah meminimalisir jumlah istri dari empat atau satu saja sebagaimana diatas.

Hukum Dzohir
Hukum Dzohir wajib mengamalkan petunjuknya secara yakin dan pasti, baik lapadz tersebut bersifat umum ataupun khusus terkecuali apabila terdapat dalil lain yang mengeliminasi ke udhulan-ya, baik mengarah kepada maksud lain atau adanya dalil lain yang menunjukan pendiskualipikasian lafadz yang dimaksud, sebagaimana lafadz muthlaq yang memerlukan taqyid. Contohnya pada ayat tentang kelegalan berpoligami yang masih muthlaq {Wa ahallalohu maa wa'roa dzalikum}, ayat tersebut di taqyid dengan ayat lain {Mastna wa tsulasa wa rubba'a}, dan dalam suatu hadits tentang pelarangan seorang gadis hidup bersama pamanya.



II. Nash

Nash menurut definisi para ahli ushul: setiap lafadz yang menunjukan kepada ma'na atau maksud asli lafadz secara jelas, melalui konotasi lafadz tersebut dengan menggunakan perangkat takwil, takhsis dan menerima nasakh (khusus di masa turunya wahyu).
Contohnya: {wa ahalallohu al-Bai'a wa harroma arriba} disatu pihak ayat tersebut menunjukan pengingkaran "misal" dan di pihak lain menerangkan perbedaan antara; jual beli dengan riba dari segi halal dan haramnya.

Maksud ayat tesebut jelas yaitu pelegalan jual beli dan pelarangan riba, sebagai sanggahan terhadap statemen orang Yahudi terhadap riba yang terdapat pada ayat sebelumnya { Innamal Bai'a mistlu ar-riba}

Hukum Nash
Nash wajib hukumnya, sebagaimanan hukum Dzohir dengan pertimbangan takwil dan nasakh, meskipun pentakwilan tidak di sandarkan kepada suatu dalil atau pentakwilanya berada jauh dari ma'na dzohirnya, kedudukan nash bersifat tetap hukumnya Qat'i dan yakin.

III. Mufassar

Definisi Mufassar yaitu: setiap lafadz yang menunjukan kepada ma'na serta maksud lafadznya secara dzohir tanpa menyertakan perangkat takwil dan takhsis akan tetapi menerima nasakh (terbatsa pada masa turunya wahyu berlangsung).
Dalam menerangkan suatu lafadz, Mufasssar terbagi dua bagaian.
Pertama: Bayanu at-Taqrir.
Yaitu suatu keterangan dengan perfikasi takhsisulafdzi, majaz dan takwil apabila berbentuk umum dan mengubahnya menjadi lafadz muakkad.
Contohnya: {Tholaki nafsiki marrotan wahidatan} lafadz (wahidatan) dalam hadits tersebut menunjukan kemungkinan pentalaqan lebih dari satu kali, sehingga perlu keterangan lain untuk menafsirkanya.
kedua: Bayanu at-Tafsir.
Yaitu suatu keterangan dengan menafsirkan ma'nanya yang tersembunyi meliputi lafadz tersebut serta menjelaskanya sehingga lebih eksplisit.
Contohnya: {Fasajjada al-Malaikat kulluhum ajmaun}" kata mlaikat disini bersifat umum sehingga memerlukan pengkhususan-- karena perkataan yang didahului alif lam akan bersifat jama'(umum). akan tetapi kalimat malaikat disini telah bersifat khusus (dengan maksud) sebagaian malaikat tidak melaksanakan sujud. kalimat (kulluhum) disini menunjukan pembebasan taksis, hal ini menunjukan bayan taqrir. sedangkan kalimat ( ajmaun) menghilangkan ihtimal pelaksanaan sujud yang berbeda-beda; hal ini disebut dengan bayan tafsir, menafsirkan kaifiyah sujud, serta membatasi ihtimal perbdaan takwil.

Hukum Mufassar
Kedudukan hukumnya bersifat wajib qoth'i, tanpa memerlukan ihtimal takwil atau takhsis serta nasakh di masa nabi, dengan syarat apabila hukumnya tersebut bersifat Juz'i; karena masa pemberlakuan nasakh (penghapusan ma'na nash) terbatas pada saat turunnya wahyu berlangsung, adapun setelah wafatnya Nabi Muhammmad. Saw dan terputusnya wahyu, kedudukan hukum syara' dalam al-Qur'an dan Sunnah menjadi ketetapan hukum yang permanen tanpa menerima nasakh dan Ibthol

IV. Muhkam

Muhkam menurut terminologi para ahli Ushul; Yaitu lafadz yang menunjukan kepada ma'nanya melalui konotasi lafadz tersebut secara jelas dan terperinci tanpa menggunakan takwil, takshsis dan nasakh. Hal tersebut karena lafadz Mufassar menyangkut permasalahan asasi, seperti halnya Ushulul Iman, Ushulul fadhail dan Qaidah akhlakiah.
Dalam kitab Ushulul Fiqh Alislami, Wahbah Zuhuaili mengkalsisifikasikan Muhkam kepada dua tema;
Pertama: Almuhkam Lidzatihi, yaitu suatu konsensus hukum yang terambil dari dzat nash tersebut. Sebagaimana Firman Allah {Innalaha Bii kulli syain Alim} maka sifat alim bagi Allah bersifat qadim azali yang artinya berdiri sendiri dengan dzatnya ta'ala, maka pembahasannya ini tidak menerima Nasakh, maupun takwil karena pembahsanya yang bersifat permanen dan tetap mengenai sifat Uluhiyah
Kedua: Al-muhkam Li Ghoirihi, yaitu lafadz yang terhukumi disebabkan perkara lain diluar nash, yaitu setiap Nash yang terputus penasakhan-nya disebabkan terputusnya (masa penurunan) wahyu kerana wafatnya Nabi Saw., Maka hukum tersbut (dapat) datang dari perkara lain diluar Nash, hal tersebut meliputi berbagi macam dilalah wadih yang empat; Dzohir, Nash, Mufassar, dan Al-muhkam.

Hukum Muhkam:
Hukumnya wajib Qoth'i tanpa ada keraguan lagi, dikarenakan tidak ada pertimbangan lain untuk mem'anainya ke arti yang lain serta tidak pula menerima nasakh dan pembatalan nash secara muthlaq, baik dimasa turunya wahyu maupun setelah wafatnya Rasul Saw.

Kesimpulan Dilalah Wadih
Setipa Dilalah (Dhohir, Nash, Mufassar dan Muhkam), maka kedudukanya wajib menjadi sebuah supremasi hukum secara qath'i dan yakin, aka tetapi ke-empatnya memiliki kemungkinan pertimbangan, yaitu; ketika terjadi pertimbangan ma'na terhadap dalil-dalil yang kontradiksi.
Adapun alternatif pengambilan hukum terhadap dilalah yang memang mengalami kontradisksi, maka setidaknya kita harus memilih dilalah mana yang paling kuat dari ke-empat macam lafadz tersebut Karena ke-empatnya memiliki tingkatan hukum serta kekutan ma'na yang berbeda-beda. Adapun tingkatan hukum yang peling kuat dan jelas menurut tingkatanya adalah: Almuhkam, Mufassar, Nash dan terakhir Dzohir.
Contoh kontradiksi; antara dzohir dan nash;
Dalam sebuah Ayat {Wa ahllallohu maa waraa'a dzlikum}, dengan ayat lain: {Fankihuu maa Thoaba lakum min annisa'i mastna wa tsulasa wa rubaa'a}. Kedua ayat tersebut sama-sama menunjukan kelegalan berpoligami, akan tetapi ayat pertama berbentuk dzohir, tanpa ada batasan jumlah (red;istri), sedang pada ayat ke-dua berbentuk nash, karena menunjukan batas jumlah istri dalam ber-poligami (satu sampai empat istri), serta larangan melebihkannya. Secara langsung kedua dilalah ini menunjukan sebauh kontradiksi ma'na. Adapun caranya dengan mendahulukan nash, dengan alasan nash lebih kuat dibandingkan dzohir dalam pengamalan dan pengambilan istinbath hukumnya, karena nash bersifat global mencakup kedua dilalah dengan mempertimbangangkan (lafadz dzohir) sebagai tamtsil terhadap pertimbangan lain yang sepakat dengan nash. Hal ini sesui dengan kaidah umum ushul fiqh; Al-aqwa yuqoddimu ala adh'ap i'nda Att-aarud.

Untuk menghemat penulisan, sekian contoh yang penulis sertakan, untuk contoh lebih lanjut kita akan mencoba membahasnya pada saat diskkusi nanti Insya Allah. Selanjutnya kita akan memebahas judul berikutnya.

Klasifikasi Dilalah Ghairu Wadih

Para ahli ushul mendefinisikan Dilalah Ghairu Wadih; Setiap Dalil yang tidak menunjukan ma'na asli lafadz tersebut melalui Sighatu Lafadzi-nya, akan tetapi ma'nanya tersifati (dapat diketahi) melalui perkara lain diluar konotasi lafadznya. Kalasisfikasi Dilalah Ghairu Wadih terbagi kepada empat bagian: Khafii, Musykil, Mujmal dan Mutasyabih. Ke-empat bagian ini masing-masing memiliki kedudukan serta drajat yang berbeda sesuai dengan kategorinya.

Pandangan Umum.
Kategori peng-klasifikasian tingkatan dilalah Ghairu Wadih berdasarkan kesamaran/ketersembunyian lafadz serta Ma'na yang terkandung di dalamnya. Apabila kesamaranya terdapat pada ma'nanya maka disebut: Khafa. Sedangkan apabila kesamaranya terdapat pada Lafadz terbagi kepada tiga bagian: pertama, apabila maksud atau ma'na dari lafadz tersebut masih dapat diketahui melalui akal disebut: Musykil, kedua, bila diketahuinya dengan dalil Naqli dan tidak dengan akal disebut: Mujmal, ketiga, apabila maksud lafad yang tersembunyi tidak bisa di ketahui dengan akal maupun dalil naqli disebut; Mutasyabih. Untuk emnegtahui dalil mutaysabih lebih lanjut akan penulis uraikan dibawah ini.

I. Khafa

Menurut terminologi para Ahli Ushul: Khafa adalah Suatu lafadz yang menunjukan ma'nanya secara jelas, akan tetapi terdapat beberapa hal yang samar pada sebagian tingkatan ma'nanya yang lain, sehingga membutuhkan penela'ahan dan pengkajian yang mendalam untuk mengetahuinya.
Contohnya: Lafadz {Assariqu} dalam ayat {wassariqu wa sarriqotu faktau' ayidiyahuma} , definisi Assariqu (mencuri) sangat jelas: yaitu merampas hak milik orang lain berupa harta Haraz dengan jalan sembunyi-sembunyi.
Pengambilan hukum menjadi samar bila kata sariqah disandingkan dengan kejahatan yang sejenis akan tetapi terdapat perbedaan dalam cara mengerjakanya, contohnya; Atharar dan Annabasy . Walupun ma'nanya hampir sama ( kegiatan mencuri), namun ada perbedaan cara serta obyek yang diambil, hal inilah yang menjadikan keraguan dan perselisihan pendapat para ulama apakah ke-tiganya dikategorikan hukum sraiqoh (potong tangan), ataukah tidak, dalam hal ini perlu pengkajian dalam menentukan hukumnya.
Diantaranya Imam Syafi'i dan Imam Abu Yusuf sepakat menghukumi ketiganya dengan hukum sariqah, akan tetapi Imam Hanafi memiliki pendapat lain dalam menghukumi Annabasy, menurutnya kasus Annabasy ini tidak bisa dikategorikan dengan hukum sariqoh, alasanya; karena (harta) yang terdapat di pekuburan tidak termasuk harta yang dipelihara/dijaga, dan kafan umumnya termasuk harta yang sifatnya tidak diingini banyak orang oleh karena itu, penamaanya pun berbeda (tidak sriqu kaffan), maka hukum Annabasy, masih menurut Hanafi tidaklah sama dengan hukum sariqoh akan tetapi dihukumi dengan ta'jir. Berbeda halnya dengan Imam Syafi'i dan Imam Yusuf yang mengkategorikanya dengan hukum Sariqah (dipotong tanganya).

Hukum Khafi:
Wajib mengadakan usaha untuk mengetahui pengertianya serta ma'nanya, apabila terdapat lafadz yang justru lebih jelas (Atharar: perampokan), maka hukumnya di kembalikan ke asal lafadz aslinya (sariqoh: pencurian)

II. Musykil

Menurut para ahli Ushul, Musykil adalah: setiap lafad yang tersembunyi ma'nanya disebabkan bentuk asal lafadznya tersebut, oleh karenanya tidaklah mudah mengetahui ma'nanya kecuali dengan pengkajian dan perbandingan ma'na/maksud dengan perangkat lain secara seksama.
Contohnya: {wal muthalaqatu Yatarabbasna bi anfusihinna tsalasatu quruuin} , lafadz Quru' dari ayat diatas menjadi batasan waktu Iddah, sedangkan dari segi bahasanya memiliki dua ma'na; Suci atau Haidl. Maka terdapat perselisihan pendapat. Diantaraya Imam Syafii dan Imam Maliki mengartikan Lafadz Quru'sebagi Thaharah. sedangkan menurut Imam Hanafi Ma'na Quru' berarti Hadil. walupun Wahbah Zuhaili dlam kitabya merajihkan pendapat pertama. pada dasarnya keduanya memiliki alasan yang kuat namun penulis disini tidak bermaksud mencantumkanya semoga dapat ditemukan dalam diskusi nanti.

Hykum Musykil
Wajib mengkaji serta menela'ah lafadz musykil untuk mengetahui maksud serta ma'na lafdz tersebut serta mengamalkanya, sesuai dengan perbandingan keterangan serta dalil-dalil yang menyertainya.

III. Mujmal

Para ahli ushul mendefinisikan Mujmal; setiap lafadz dimana sighohnya tidak menunjukan kepada ma'na asli lafadz tersebut tanpa ada pembanding atau konteks yang menjelaskannya, sehingga dengan kata lain sebab ke abstrakan ma'nanya dikarenakan lafadz bukan maksudnya.


Sebab-sebab dilalah Mujmal;

Pertama: al-Isytirak ma'a adamu al qorinah, kedua: gharabtul isti'mal ketiga: Annaqlu minal ma'na allughowi ilaa ma'na isthilahi.

Hukum Mujmal:
Penetapan ijtihad ma'na dilalah Mujmal terbatas hanya pada masa turunya wahyu sebab ma'nanya yang sangat mubham serta tidak ada sighah lafadz atau dalil lain sebagai pembanding untuk menjelaskan ma'nanaya, maka penafsiran ma'nanya langsung dari Nabi Saw., Tanpa memakai perangkat ijtihad.

IV. Mutasyabih

Definisi Mutasyabih menurut para ahli ushul yaitu: suatu lafadz yang sama sekali tidak menunjukan arti lafdz tersbut dengan sendirinya, tanpa ada Qrinah-qorinah lain yang membantu menjelaskanya, akan tetapi mayakininya secara syara' tanpa menafsirkanya lebih lanjut.
Sebgai pengetahuan bahwa lafadz Mutasyabih ini tidaklah terdapat pada ayat-ayat hukum, akan tetapi lafadz mutasyabih ini terdapat pada tempat/Nash lain, sebgaimana ahruful muqatha'ah pada permulaan beberapa surat; alif lam, Qaaf, Ahad dll. atau dalam sebagian ayat al-Qur'an yang menjelaskan bahwa Allah Swt., memiliki perangkat tubuh sebagaimana makhluknya, sebagaimana tercantum dalam beberapa ayat.
Untuk ahruful Hijaiah al-Muqata'ah, seluruh ulama sepakat bahwa tidak ada man'a yang pasti dan tidak adapula penafsiran Allah kepada maksud aslinya, untuk itu Allahu a'lamu bimurodihi. Sedangkan untuk ayat-ayat mutasyabihat terdapat dua perbedaan pendapat, yaitu: ulama salaf dan khalaf dalam menafsirkan Ma'na ayat tersebut.
Pertama: ulama salaf, mereka lebih cenderung tawaquf dalam mema'nai ayat-ayat tesbut dengan meyakini sepenuhnya, tanpa ada usaha untuk mentakwilankan lafadz tersebut ke ma'na lainya, hal tersebut sebagi tindakan kehati-hatian mereka dalam me'ma'nai lafadz tereebut. Landasan ulama salaf adalah dalam menenntukan wuquf dalam bacaan ayat {wamaa ya'lamu ta'wiluhu illallahu } ,
Kedua: ulama Khalaf menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat dengan ma'na mazaji sesui dengaan dzohirul lafadzinya. karena menurut mereka al-Qur'an diturunkan untuk di taddaburi, di kaji dan digali ma'mananya baik yang dzohir maupun yang tersembunyi. Sebagaimana lafadz {alyad}, dima'nai dengan Qudrah yang berarti kekuatan, atau {A'yunina} dengan arti Riayatuna yang berarti penjagaan/pengasuhan. Sebagaimana telah dijelaskan diatas landasan mereka adalah dalam menentukan wuquf yang berebda dengan ketentuan wuquf ulama salaf {wama ya'lamu ta'wiiluhu illallohu waa arrsosikhuna fil ilmi}.

Kesimpulan

Dari uraian diatas, sedikitnya dapat kita ambil kesimpulan bahwa klasisfikasi lafadz memiliki tempat yang sangat urgen dalam kaidah ushulul fiqh, hal ini dikarenakan keberadaanya yang menjadi titik vokal dalam pengambilan serta isthinbatul ahkam Ushul Fiqh. Perlu pengkajian lebih, dalam mene'laah ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist terkhusus nash-nash hukum, karena setiap lafadz tidak serta merta menunjukan ma'na serta maksud dari konotasi lafadz tersebut, melainkan terdapat berbagai perangkat lain dalam menentukan ma'na serta maksdunya, diantar perangkat tersebut sebagaiaman telah di uraikan diatas; Takwil, Nasakh wal mansukh, Tarjih dll, yang semuanya terangkum dalam ranah ijtihad para ulama dan shalafu sholeh.

Epilog

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah S.W.T, termikasih kepada teman-teman serumah dan seperjuangan yang telah menyokong, membantu serta mengorbankan ketenangannya disaat proses penulisan makalah ini. Tanpa mengurangi rasa syukur, sudah seyogyanya kita sebagai "thalib" warisan para alim ulama agar tidak merasa puas dan cukup terhadap ilmu yang kita miliki, spirit kritis dan bertanya nampaknya masih sangat perlu dibangun, keduanya adalah instrumen istimewa pembuka wawasan pemecah kebekuan dan kejumudan. Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang perlu di kritisi dan diluruskan, kurang lebihnya penulis mohon maaf, mudah-mudahan menjadi bekal di masyarakat serta menjadi amal ibadah di sisi Allah. Aminn

Wallahualam Biishowaab
Read more...