Friday, January 8, 2010

Surat Umar bin Khatab Kepada Sungai NIle




Ketika Amr bin Ash menjadi gubernur Islam pertamakali di Mesir, memasuki bulan Bu'nah (nama bulan ke-10 dari penanggalan Qibthiyah) beliau didatangi oleh sekelompok masyarakat setempat memberitahukan permasalahan yang tengah mereka hadapi.

Mereka berkata, "wahai Pemimpin kami, di Nile kami ini memiliki suatu kebiasaan, dimana dia akan berhenti mengalirkan airnya kecuali setelah kami menunaikan sauatu tradisi". "Apakah itu?" Tanya Amr. "ketika memasuki hari ke -12 dari bulan ini (Bu'tah), kami meminta seorang perawan dari bapaknya, dan bapaknyapun tentu meridhainya. Lalu kami menghias perawan itu dengan dandanan dan pakaian yang indah, lalau kami melemparkanya ke sungai ini"


Seketika Amrpun berkata kepada mereka, "sesungguhnya keyakinan ini sama sekali tidak ada dalam Islam, dan Islam menghancurkan keyakinan sebelumnya".

Ketika melewati bulan Bu'nah (bulan ke -10), Abib (ke-11), Musri (ke-12), Nile mengalir seadanya, tak deras tak juga kecil hingga benar-benar berhenti.

Seketika itu Amr menyurati Umar bin Khatab memberitahukan peristiwa tersebut, dan Umar pun membalasnya, lalu menuliskannya sesuatu;

"sesungguhnya benarlah apa yang telah engkau kerjakan itu, telah aku titipkan lipatan surat yang terdapat dalam kitabku ini. Jatuhkanlah wahai Amr suratku ini di sungai Nile itu..!

Ketika surat itu sampai kepada Amr, beliaupun membaca risalah yang ditujukan kepada sungai Nile tersebut;

" Dari Hamba Allah, Amirul Mu'minin kepada Nile ahlu Misr, Amma Ba'du.
Jika engkau mengalir karena kehendakmu maka janganlah engkau mengalir. Sebaliknya, jika engkau mengalir kecuali atas kehendak Allah yang maha penguasa, maka dengan ini aku meminta Allah untuk menglairkanmu" demikian isi risalah tersebut.

Setelah membacanya Amr menjatuhkan surat itu ke sungai Nile pada hari sabtu, dan atas kehendak Allah singai Nile kembali mengalir hingga kedalaman 16 kaki selama satu hari satu malam.
Semenjak peritiwa tersebut, Allah-pun memutus tradisi sesat itu dari Masyarakat mesir.

(Diterjemahkan dari Bidayah Wa Nihayah, Ibnu Katsir)
Read more...