Tuesday, March 16, 2010

Para Pengemis


Disuatu pagi, sekitar pukul 07.30 sepulangnya dari rumah teman, aku berjalan di trotoar sempit antara pertigaan Ahmad Said menuju Asrama Buust melewati Sinagog Yahudi yang tak berfungsi tapi mulai diperbaiki dan dijaga ketat oleh dua orang polisi. Selanjutnya melewati pertigaan Nadi Moyah tentunya. Seperti biasa, rute Robea Al adwayiah-Buust via pertigaan Ahmad Said merupakan salahsatu pilihan alternatif bagiku bahkan bagi kebanyakan masisir yang tinggal di asrama Mission City bila bis biasa tak kunjung tiba.

Trotoar tersebut masih terlalu sepi dan sempit, sesepi negri Mesir dikala pagi dan sesempit kebanyakan trotoar di negri ini. Jalananpun masih cukup senggang hanya sesekali dilewati kendaraan pribadi, “mungkin mereka salah satu yang punya janji, janji untuk keluarga atau untuk dirinya sendiri” gumamku dalam hati. Hampir tak ada kendaraan umum atau malah tak ada sama sekali, apalagi saat itu masih H-3 dari lebaran Haji.


Ditengah perjalanan, tiba-tiba aku merasa diikuti oleh sesosok orang, dan akupun merasa sewajarnya bila menaruh curiga. Selanjutnya, ku lirikan mataku ke arahnya. Beruntung kawan, ternyata dia hanya seorang bapak-bapak paruh baya namun jalanya seperti terburu-buru. Merasa dicurigai anak muda “tampan” macamku, si bapak mengalihkan jalanya ke tepi jalan. Dan kawan, saat-saat seperti inilah aku merasa berdosa, kenapa tadi aku harus curiga? Kenapa tak kutanya terlebih dahulu. Bapak penjahat atau bukan? Jika bukan, tentu kan’ ku ajak dia berkawan. Jika ya, tentu kan’ ku keluarkan jurus-jurusku, jurus teriak maut atau jurus lari terbirit-birit. “tapi ah...ku kira jangan kawan, ide itu terlalu canggih!”

Setelah mendekati pertigaan nadi Moyah, aku teringat sesuatu, yah...teringat dengan sesosok bapak tua yang tak berkaki, dan seringkali dia mangkal di pertigaan itu. Aku teringat dengan keikhlasanya— ketulusanya menyapa setiap pejalan kaki dengan salam, senyum lalu doa kebaikan, akrab...akrab sekali. Fisik bapak itu tak sempurna, dia tak berkaki, sehari-harinya duduk diatas skateboard sederhana, jika berjalan roda-roda besinya akan mengeluarkan suara yang bisingnya minta ampun, “kruuuuk...krurrrk” mengalahkan suara kendaraan yang hilir mudik di hadapanya. Entah siapa yang membuatkannya, anak-anaknyakah, saudaranyakah, yayasan sosialkah, atau malah dibuatkan olehnya sendiri?!

Berjalan, makan, menerima uang, semuanya dilakukan dengan kedua tanganya, hati siapa yang tak kan iba memandangnya? Tapi ketulusanya, senyuman dan kepolosan sapaanyanya kepada setiap pejalan kaki telah membuat aku kagum dengan sosoknya. Senyumanya telah mengajariku agar jangan pernah mengeluh, ketulusanya telah mengajariku agar aku selalu bersyukur, sapaanya telah mendidik jiwaku agar dapat selalu menikmati kehidupan fana ini disaat sempit maupun lapang, disaat kaya maupun miskin. Dan kawan, aku tak pernah melihat beliau menengadahkan tangan seperti kebanyakan pengemis lainya, dia hanya akan tersenyum lalu menyapa setiap pejalan kaki.

Wajahnya sedikit menghitam, mungkin karena seharian dibawah sinar mentari juga karena asap volusi. Beruntung kawan, senyumanya selalu menyegarkan wajahnya kembali. Mungkin dalam senyumnya ada kesyukuran lalu berusaha memberikan sodaqah sederhana bagi tiap pejalan kaki. Dalam ketulusanya ada ketegasan, ketegasan bahwa dia sedang menikmati taqdir Ilahi. Atau jangan-jangan dia seorang kesatria, kesatria yang tak pernah mengeluh pada nasib atau pada ketetapan Tuhan yang penuh misteri lalu dia berusaha mensyukurinya. Sayang waktu itu aku tak menemukanya, lalu tiba-tiba hati ini merindukanya.

Fenomena pengemis di jalanan, di bis bahkan dimanapun kita temukan, tentunya tak selamanya berimplikasi buruk. Bukan melulu pemandangan seorang pengangguran atau gambaran negara berkembang yang sedang mengalami frigid dan tak maju-maju—bisa jadi karena anggarannya banyak dimakan koruptor atau malah kebanyakan menggajih dewan, lantas tak mampu lagi ciptakan lapangan pekerjaan.

Malah, Jika dengan hati terbuka maka kita akan melihat pemandangan makhluk-makhluk “lusuh” yang pantang menyerah, walaupun bukan dengan “profesi” yang mereka cita-citakan namun diantaranya tetap ikhlas, sabar mejalani hak providensil Tuhan yang digariskan. Keberadaanya senantiasa memberikan pelajaran berharga, yaitu pelajaran bersyukur dan gerakan saling mengasihi.

Kawan, Ada perbedaan cukup kontras antara fenomena pengemis di negri ini dengan di tanah air kita, “menurutku”. Di Mesir, hampir saja aku tak menemukan pengemis yang tak berbaju lusuh apalagi sampai memaksa kasar. Di Indonesia, pendidikan mengemis malah banyak di galakan, menyedihkan..! Di dalam bis kota seorang pengemis tak ubahnya seperti preman pelabuhan, tubuhnya kekar, wajahnya menyeramkan dan tak sungkan mengancam. Sayang, tubuh yang gagah dan kekar namun mentalnya peminta-minta.

Prie GS, dalam tulisanya, dia pernah bertemu seorang bapak paruh baya di dalam angkot. Suatu ketika si bapak menolak dipungut bayaran, tampangnya seperti kebanyakan. Tentu menjadi sangat ganjil jika menolak bayaran.

“saya ini pengemis” ujarnya kepada karnet. Kemudian terjadi adu mulut antara si karnet dan si bapak yang mengaku pengemis tersebut. Tak lama kemudian, adu mulutpun berakhir itu terjadi setelah si bapak menunjukan sesuatu dari tasnya, sambil berujar, “ini pakaian ngemis saya..!” si kornetpun melongo keheranan. Ironis..!

Bahkan para pengemis kita duduk-duduk santai di kursi dewan, mengaku pembantu rakyat tapi sering ketiduran saat berlangsungnya sidang malah kadang gila jabatan. Bahkan ada juga pengemis di kantor-kantor sekolahan, mengambil sogokan dari tiap wali nakal yang punya anak nakal. Atau baru-baru ini di kantor-kantor kepolisian atau kejakaan, hilang keadilan gara-gara ngambil “tambahan”. Menyedihakan..!

Lalu siapa yang akan disalahkan...!?, Penjajahan Belandakah yang tega menjajah kita selama 3,5 abad dan secara tidak langsung mendidik pendahulu kita untuk bermental abid. Atau orde barukah yang telah mengekang kebebasan kita selama 32 tahun...!? Ah’ rupanya aku terlalu sok tahu, padahal semuanya tergantung pada diri kita sendiri.

Terkadang aku berpikir, jangan-jangan aku malah one tipe dengan mereka (para pengemis; red). Walaupun dengan pakaian sedikit lebih rapih, fasilitas kehidupan sedikit lebih lengkap misalnya, sudah berani mengemis jarak, biaya dan waktu kepada orang tua misalnya, tapi aku malah berani banyak-banyak berdiam diri lalu asyik tiduran. Memohon ilmu kepada guru, tapi malas mengamalkan. Aktiv di beberapa kegiatan misalnya, tapi aku malah mengemis pujian. Banyak berkarya tapi aku gila ketenaran. Oh...tidaaaaaak...!!!

Ok..ok kawan, mudah-mudahan kita tidak seburuk itu, semoga hati kita selalu tetap siaga, ikhlas saat sempit maupun luas. Semoga kita termasuk hamba yang pandai bersyukur, bersyukur dengan apa yang ada lalu bersyukur dengan tetap mengoptimalkan setiap waktu dan kesempatan serta mengedepankan asas manfaat, bukan hanya untuk pribadi bahkan untuk masyarakat yang lebih luas. Khairu annasu anfau’hum linnas.
Wallahua’lam
Read more...

Monday, March 8, 2010

Dari Nazi, Yahudi Samapai China


Ngebet pengen nulisin apa yang ada di otak, tapi tangan ini tak kunjung bergerak, ah jadi mules rasanya...."kunaon jang, dahar cabe..?! :D..". Apalagi kalo dah megang FB..., komplikasi jadina...

ya kadang ketika ada kesempatan buat nulis, pengen ngesay, pengen jalan, pengen nonton, pengen apa. Jadinya, ya.. ga jadi jadi. Tapi itu mungkin emang sudah godaan, atau kurangnya kemauan. Taulah..?!


Ok ok biar tulisan ini agak sedikit bermanfaat, khususnya buat ane yang nulis, juga buat temen2 yang memang berkesempatan buat baca note ini, ya.. kali aja kan', ada yang mau kasih masukan, atau sekedar berbagi cerita sama yang lagi nahan laper, "eh salah..slah" maksot gw yang lagi pengen nulis apa yang ada di kepalanya, tapi ga jadi2 nulisnya, kayak ane sekarang ini, gawat kan?! "anak gajah makan kawat, nya jelas mati.. atuh, o'on heheh" (eh..eh Sory..:))

Eumhh..apa ya..?!

Ane mulai dari peristiwa singkat ketika duduk-duduk santai bareng di Pasangrahan. eum..waktu itu kita kelaperan "ma'lum baru bangun dari tidur semalaman"

Kita berlima, terus.. sambil nungguin ada yang bersedia kebawah buat beli makanan, tiba-tiba kita ngobrolin tentang Nazi, Yahudi terus ke budaya China, ga jelas darimana asal muasal obrolan. pokoknya gitu aja. titik.

Diawali dengan buka2 file koleksi album di PC teman. Disana ada foto2 dia lagi action, dekat perbukitan daerah matruh. "kayak di sinai ya...?" tanya teman disebelahku. 'eh iya ya...' kata teman yang satu lagi

"ngomong-ngomong Sinai, menurut berita, sekarang sebagian tanahnya telah dihibahkan Mesir buat Palestina. Katanya sih..itu atas desakan Amerika dan Israel. soalnya sebagian tanah Palestina di Gaza terus dijajah israel buat pemukiman orang-orang Yahudi" kataku agak sotoy.

"dasar we..yahudimah sagala digalaksak, engges wee kabeh ku yahudi, tumanlah..!' kata temen ane ikut kesel.

"itulah watak Yahudi. bahkan tidak ada satu keteranganpun yang mengatakan bahwa ada satu kelompok bani isarel yang dinyatakan setia taat kepada Nabi, sebagaiamana kaum muslimin atau sebagaiaman 12 orang pengikut setia Nabi Isya (hawariyun). kecenderungan mereka selalu ingin melenceng, kecuali mungkin perindividu saja yang sadar dan tobat, tidak sampai pada keterangan kelompok." (kata siapa yah..ini??!)

Ketika buka2 album yang lain, ane lihat ada tempat persembunyian tentara Nazi di daerah Matruh, Kebetulan temanku emang pernah travel kesana, salah satu tempat rekreasi di Mesir. .


"eh ko ada tentara nazi disini si..?"tanyaku heran.
"oo iya itu tempat persembunianya waktu PD II" jawabnya singkat.

Terus ada juga temanku yang lagi kelaperan, "eh..ternyata orang jerman, mereka sangat bangga lho..dengan Hitler dan tentara Nazinya!!!"

"iya dong...siapa lagi kan yang mau membanggakan hasil negrinya sendiri" ucap ane.
"o iya jelas, harus bangga" kata Akang ikutan nimbrung..

'eumm, ternyata tentara Nazi ada dimana-mana yah...' kataku. "kalo ga salah, dulu ane pernah baca juga, katanya di Indonesia ada salah satu komplek kuburan tentara Nazi. nah, setelah di telusuri sejarahnya, ternyata mereka adalah para tentara yang diutus Hitler untuk membunuh/mencari orang2 Yahudi yang melarikan diri Ke Indoensia ketika masa-masa perang dunia ke II" kataku masih dalam keadaan setengah sotoy, hehe....

Dalam majalah sabili edisi sekian, ketika orang2 Yahudi mengalami banyak penganiyayaan khususunya di daratan Eropa mereka banyak mlarikan diri, menjadi imigran ke berbagai negri, termasuk ke Indonesia.

Salah satu kepintaran Yahudi, mereka selalu berusaha menguasai para petinggi yang berada di tempat tersebut. Ketika di Indonesia mereka berusaha menikahi gadis-gadis, dimana orang tuanya yang memang memiliki privilese di tempat tersebut. salah satu buktinya adalah Ahmad Dhani, Dewa. kata majalah tesebut memiliki keturunan Yahudi, entah nenek atau kakeknya, lupha.....

"oo pantesan lambang2nya mirip lambang Yahudi....' kata temen ane ikut mengomentari...

Bahkan di daerah Jatim, sudah terdapat Sinagog. Cuma ketika diinvestegasi, penjaganya berusaha mengelak dan mengatakan kalau bangunan ini hanya rumah biasa, padahal didalamnya ada mimbar serta beberapa lambang yang dipakai umat Yahudi. Juga katanya ada di Bandung, cuma sayang keberadaanya tidak bisa di ivestigasi.

kembali lagi ke bahasan semula, bagaiamana Yahudi banyak yang diusir dan banyak melarikan diri. Itu, karena orang2 Yahudi dianggap sangat membahayakan mereka, makanya kan ada istilah Holoucus, (walaupun jumlah korban dan dahsyatnya peristiwa tersebut banyak sekali kedustaan.

Mereka; Yahudi, mebesar-besarkan peristiwa Holoucus sebagai tragedi penganiyayan bagi umat Yahudi. Demi mengambil simpati dunia agar mau melindungi komunitas mereka. Salah satunya Inggris ( yang menjajah Palestina saat itu) yang bersimpati dan mempersilahkan mereka untuk Hijrah ke Palestina )

Ane lupa lagi, arah pembicaraan menuju kemana.., yang penting waktu itu, kita mumggu datang makanan buat sarapan pagi.

Akhirnya dateng juga makanan yang kita tunggu-tunggu. Ada Pizza, (ya pizza murahan, paling 2 le-an, hoho..) sama roti keju plus madu. lumayan lah buat ganjel perut.

ok..ok lanjut lagi gan...!

Tiba2 dari pembicaraan Nazi dan Yahudi, ngalur ngedul sampe ke Cina.
(sebelum tertipu, ada kata2 yang ane tambah biar rada seru..gpp kan..:d)

Kata ane sok tahu, "jadi china itu memang memiliki sejarah kebudayaan yang cukup kuat, dan itu sangat berpengaruh pada watak serta mental mereka dimasa kini bahkan yang akan datang." sok mataf kan?? :d

"negara mereka menganut sisitem ekonomi liberal" lanjut gw masih St12. "Negaranya memberikan kebebasan serta motivasi kepada setiap warganya (swasta) untuk memproduksi apapun, makanya, walaupun warganya terbanyak, tapi tingkat serta regulasi ekonominya begitu pesat. walaupun prinsip produksi mereka, "mendahulukan kuantitas daripada kwalitas"

"ooo iya heuhh bener" kata teman disebelahku. (padahal ane st12..heheh)
"murah, tapi cepet rusak" kata dia menambahkan.

"ya..contonya aja Di SUkabumi, banyak sekali orang Cina yang menguasi pasar serta perdagangan. Tapi sekarangmah citra orang cina udah agak menurun, kepercayaan serta daya beli masyarakat kepada pedagang Cina sudah mulai berkurang, ayenamah masyarakat Indonesia sudah mulai berpikir, artinya sekarang masyarakat kita sudah pada pinter" kata teman yang satu lagi ikut menaggapi.

"memang sudah saatnya kita memanfaatkan para pedagang lokal, gerakan Cinta produk dalam negri mestinya harus lebih ditekankan. ya..walaupun harga lokal masih lebih mahal dibanding produk mereka" ujarku mendukung.

Tapi menurutku fakta dilapangan umumnya tidak demikian, pedagang china masih menguasi pasaran, bukan hanya soal produksi, demikian juga perdagangan. Bahkan mereka mampu menguasai di berbagai bidang dan jasa. Contohnya propherti, bank, kontaraktor dsb.

Kadang pemerintahpun merasa sangat kesulitan. disatu pihak masyarakat dianjurkan untuk mencintai produk dalam negri, tapi dipihak lain, produk Cina jauh lebih murah dibanding produk kita sendiri. Apalagi bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, ukuran harga masih menjadi patokan utama.

Penguasaan warga tionghoa dalam hal keduniaan, sebetulnya tidak terjadi secara kebetulan, tapi semuanya tumbuh dari sebuah keyakinan, tuntutan kehidupan serta Pengalaman sejarah. Unsur-usnsur tersebut itulah yang menjadi elemen kolektif sehingga mampu membangun watak serta kepribadian mereka dalam menguasai usaha dan materi.

"Orang Cina sangat terkenal dengan keuletan" kata tyeman ane ikut menanggapi percakapan kita. "benar, 25 perak aja dikejar-kejar" kata Ucen.

Jangan lupa, selain ulet mereka juga sangat terlatih untuk hidup mandiri dan sederhana. Bahakn ketika mereka telah menjadi seorang pengusaha suksespun, mereka tidak serta merta mudah berfoya-foya.

Dulu Pak kyai pernah bercerita. saya punya langganan toko cina. Tokonya cukup besar dan terkenal, tapi setelah bapak perhatikan, ternyata pemiliknya begitu sangat sederhana,setiap hari pemiliknya cukup menggunakan speda onta dari rumah menuju tokonya. ungkap beliau.

Memang benar, banyak cerita tentang bagaimana keuletan dan kesederhanan warga Cina dalam prilaku kehidupanya.

ketika SD, seorang guru pernah bercerita. Orang Cina itu kalo tidur sepatunya aja sengaja engga dilepas, alasanya, agar pertumbuhan kaki engga cepat membesar, dan secara otomatis sepatu mereka tidak cepat ganti ukuran. Hemat!!!. uajar guru ane menasihati.

fenomena orang Tionghoa yang banyak menguasai sektor perdagangan dan perusahaan, khususnya di Indonesia layak kita carikan solusinya. Dimulai dari bagaiamana kita sebagai pribumi agar dapat meniru hal-hal pofitis rahasia keseuksesan mereka, membangun kesadaran agar masyarakat lebih cinta pada produk dalam negri, membentuk mental serta para pengusaha lokal agar mampu bertahan dan bersaing dengan para importir luar, serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang seharusnya lebih mengutamakan para pengusaha lokal, salah satunya dengan membatasi perijinan barang imporan.

Dalam catatan Sejarah, memang katanya orang Cina sudah sangat lihai dalam hal berwira usaha. Ketika Para agresor, datang ke Indoensia, orang-orang Tionghoa banyak dimanfaatkan oleh mereka (portugis, belanda dsb) untuk membantu mereka dalam sektor perdagangan di Indonesia. Alasanya, orang-orang Tionghoa lebih lihai dari orang pribumu sendiri. Bahkan mereka lebih tau dan sangat menguasai medan serta jaringan perdagangan di tanah air kita.

Bahkan, privilese2 warga tionghoa di Indonesia tak berhenti sampai disana, tapi berlanjut sampai masa kemerdekaan, orde baru, bahkan sampai saat ini. Dari sekian pengusaha besar dan milioner di Indonesia, barangkali para pengusaha lokal masih bisa dihitung jari.

Tionghoa di masa Orde, Suharto......udah duluw,....ntar lanjut lagi kalo ada muddd
atau yang mau ngelanjutin jga boleh heuehu.....
Read more...

KCB Vs AAC


Setelah sekian lama dalam penantian, akhirnya bisa jua nonton KCB. dulu ketika masih baca novelnya, rasanya ga mau beranjak sebelum novelnya tuntas abis dibaca sampai kar-akarnya (emang jenggot ada akarnya...hehhe). dari bangun tidur ampe tahlil dam karena waktu tu lagi semangat2nya ngajuin beasiswa, tuh novel ga pernah absen di tas gendong ku (tak gendong kemana2,,weeew). selain seru, sedih, bangkitin spirit, lucu, gatal-gatal (lhoo ko.??,) doi juga dikejar deadline, solanya tuh Novel hasil pinjeman, yah mau gak mau harus cepet2 dong, tapi emang gak rugi sii..tuh novel udah bikin aa nafsu makan... kalau novel tersebut jadi bestseller, emang sekudunya, menurutku.....

Gak lama kemudian, ada kabar kalu novel tu mau di flmkan juga kayak AAC, jelas doi seneng banget, nambah lagi kebanggaan ku sebagai seorang mahasisiwa Azhar, ya...walaupun doi ga sekeren Azam ga prepeeek lah istilahnya, paling engga mama doi bisa liat aktivitas anandanya bercermin dari Azam dalam KCB. wuihhh...kerenkan...!! heheh...trus mudah2an perfileman Indonesia dapet angin segarnya, fositivnya-lah.. karena meneurutku selama ini perfilman kita udah sangat menyedihkan, jauh dari etika dan pendidikan (dan ini yang membuat ku ingin jadi sutradara....) dulu..^_^

Ok lanjut lagi gan... Setelah semakin gencar( kabarnya maksudnya), akhirnya para kru end kang Abik datang juga ke Mesir sebagaiamana dulu sebelum AAC difilmkan, bahkan waktu tu Kang Abik sempet jadi pembicara dalam salah satu seminar yang diadakan masisir, and juga sempet panitia mengadakan audisi buat para masisir yang pengen jadi pemeran azam, sayang doi lagi kerja di mt'am, tapi gpp ngasih kesempatan buat artis muda dulu lah...haiks.....

nah yang bikin kita bangga lagi, KCB ni berencana mengexplor abiz suasana Mesirnya secara masif sesuai dengan isi Novelnya tu. yupzzz...ide bagus, karena terang aja dulu doi kecewa ama AAC, masa ceritanya di Mesir shotingnyaa di jawa tengah blurrr..?!!!, ya..superemn makan kangkung dong (ya ga nyambung....).....nah mudah2an dengan KCB nih setidaknya bisa membalas kekecewaan AAC, apalagi sutradaranya katanya lebih islami (maaf..maaf ya bang Hanung , emang kenyataanya begitu si...hehe) harapku saat itu.

Eh agn agan bersambung dulu ya....doi laper nih mo maak mie dulu..bay by
Read more...