Tuesday, September 7, 2010

Mengembalikan Semangat Yang Pudar



Tulisan ini saya buat sebagai bahan renungan, setelah beberapa lamanya mengalami stagnasi akivitas kehidupan yang lama tak berkembang. Diantara salah satu problemsolving yang sering saya lakukan agar mampu keluar dan mengembalikan semangat yang pudar adalah dengan menulis. Dengan menulis setidaknya kita mampu mengeluarkan setiap unek-unek dan tekanan, terlebih kita juga dapat dengan jujur menerjemahkan apa yang tengah kita rasakan, dan hasilnya, tentu dapat menjadi bahan intropeksi diri dan menjadi peta kehidupan yang akan datang agar lebih baik lagi.

Mudah-mudahan tulisan ini, bukan sekedar bahan renungan untuk saya pribadi namun menjadi oleh-oleh hikmah bagi semua pembaca budiman.

Ok kita Mulai ya…
Dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan: Sudahkan kita ikhlas, ridhlo atas apa yang telah kita miliki? Jika sudah, mana nilai berkahmu? Jika kamu Ikhlas, mana nilai kebahagiaan itu? Jika merasa tidak bahagia, wah jangan-jangan kurang ikhlas?! Rihdakah kamu dengan segala kelebihan dan kekurangan? Tapi kenapa kamu gelisah dan susah bersabar? Kenapa lebih tertarik mengejar urusan duniawi daripada ukhrawi? Kenapa kenapa kita selalu takut jika ada orang mengetahui jatidiri kita yang sebenarnya?

Kenapa kamu tidak percaya diri terhadap apa yang kamu miliki? Jangan-jangan sudah salah niat? Sudahkah kamu mentajdid niat kamu?????!!

Pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut sungguh tidaklah mudah dicarikan jawabanya. Kecuali dengan hati yang bersih berlandaskan apa yang kita rasakah dalam kehidupan sehari-hari. Di sisni saya tidak akan menjawab satu demi satu pertanyaan-pertanyaan diatas. Akan tetapi mencoba memberikan beberapa solusi, agar suatu saat kita dapat menjawab pertanyaan tadi dengan baik sesuai apa yang kita rasakan.
Karena hidup bukan semata diartikan sebagai rutinitas saja, akan tetapai mencari substansi kehidupan, yaitu ibadah sebagai pengabdian kepada Allah Swt. Tuhan pemberi kehidupan.

Solusi pertama.
Perbaiki nilai hubungan vertikal kamu kepada Allah Ta’ala.
Hal yang paling mudah sebetulnya, namun saying tak banyak orang yang dapat melakukanya, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. Yaitu orang-orang yang dipilih Allah sehingga mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sholat wajib tepat waktu dan dilakukan dengan berjama’ah dengan menghadirkan fisik, jiwa dan hatinya.
Pertanyaanya, apakah kita termasuk orang-orang yang khusyu? Termasuk orang pilihan Allah?

Jika kita mampu komitmen dan selalu menjaga sholat tepat waktu dengan tetap berjama'ah, maka akan dengan mudah untuk menjalankan sunnah-sunnahNya yang lain. Sholat sunnah, membaca Alqur’an serta doa-doa yang sering kita panjatkan yang perlu sering dan dibiasakan.

Hilangkanlah ego hingga enggan untuk menyempatkan doa untuk kedua orang tua kita, guru, saudara atau sahabat-sahabat kita minimal setiap kali kita selesai sholat lima waktu. Berdoalah sebagai rasa sayang dan hormat kepada mereka. Baik kepada orang tua yang telah melahirkan dan mengurus kita hingga kita dewasa seperti saat ini, lalu Kepada guru sebagai rasa syukur kita kepada ilmu yang telah mereka sampaikan kepada kita, sahabat yang selalu menemani kita serta banyak lagi.

Maka yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan dan niscaya Allah akan membalas setiap kebaikan dan do’a-do’a kita.

Jika berkesempatan tentu akan lebih baik jika kita melengkapi doa-doa kita dengan Arab dan indonya. Agar dengan mudah mengungkapkan setiap keluhan, ungkapkan setiap kemauan, cita-cita dan harapan.

Diusahakan bahkan suatu keharusan agar kita mampu menjalani setiap tangga kehidupan dan ritual keagamaan dengan penuh keiklasan. Perlu diingat bahwa perinsip ibadah bukan dinilai kadar atau banyak dan sedikitnya, tapi dari nilai ikhlas dan keistiqamahanya. Maka ukurlah keimananmu..! Maka ukur-ukurlah keihklasanmu!

Selanjutnya, Perogram Harian.

Dalam Hidup ada banyak hal yang harus kita perhatikan, jika tidak, semua akan cemburu, dan kecemburuan itu akan menjadi semacam tekanan batin tersendiri. Maka kelolalah macam-maca perhatian tersebut dengan membuat perencanaan yang pasti dan matang.

Pertama Ada perhatian untuk Allah.
- Menjaga niat dan keikhlasan
- Syukur atas segala nikmat dan meminta ampunan atas segala dosa
- Menjalankan setiap kewajiban, terutama selalu menjaga sholat lima waktu dengan tepat waktu dan berjama’ah, dan menjauhi larangan-laranganya.
- Menjaga dan selalu melaksanakan sunah-sunah Nabi sebagai rasa cinta dan kerinduan kepada Beliau.

Kedua; Perhatian Kepada kehidupan Pribadi

Selain bentuk perhatian kita kepada Allah, kita juga harus memperhatikan kehidupan pribadi kita. Logikanya; bagaimana kita dapat memperhatikan orang lain sementara kita belum mampu memperhatikan diri kita sendiri.
Selain menjaga kebersihan hati dengan mendekatkan hati kepada Allah kita juga harus memperhatikan/menjaga kebersihan dan kebugaran fisik, diantaranya dengan rajin berolahraga dan makan-minum secara teratur. Serlain itu juga senantiasa kita memperhatikan dan menjaga nilai-nilai; kesopanan, keindahan, mental, keberanian, kesopanan, tatakrama prilaku dan lain sebagainya.

Ketiga; Bentuk perhatian kita Kepada Orang Tua

Dalam keadaan apapun, senantiasa kita selalu ingat bagaiaman agar menjadi pribadi yang berbakti, sayang, taat dan hormat kepada mereka. Walaupun dalam kondisi berjauhan dengan mereka, persis seperti yang dialami penulis saat ini.
Dan, cara yang paling mudah untuk saat ini adalah dengan doa, selanjutnya dengan menjalin komunikasi yang cukup, baik dengan berkirim surat, telfon dan banyak lagi. Selalu menjaga pesan-pesanya, mengingat-ingat pula segala bentuk kebaikanya, dan banyak hal lainya lagi.

Keempat; Perhatian Untuk Sahabat

Diantara orang-orang yang selalu berdampingan dengan kita adalah sahabat. Bahkan hangatnya kebersamaan bersama mereka kadang lebih dari sekedar persaudaraan.
Bentuk perhatian kepada mereka adalah dengan saling mendoakan. doakanlah sahabat dengan doa-doa kebaikan. Ingat-ingatlah segala amal kebaikannya dan lupakanlah jauh-jauh segala keburukanya. Yang tak kalah penting sebagai bentuk perhatian kepada mereka adalah bagamana agar dapat memahami. Pahami apa yang disenangi dan tau apa yang dia benci, "memahami adalah komunikasi yang paling efektif”
Tawarilah, atau berbagilah atas apa yang kamu dapatkan dari setiap kebaikan. karena dia sejatinya adalah tempat untuk berbagi. Berusahalah agar dapat menjalin komunikasi, baik ketika jauh apalagi dekat.
Pada dasarnya kita tidak boleh memilih-milah teman atau sahabat, akan tetapi diantara sekian sahabat dekatilah sahabat yang lebih mendekatkan kita kepada Allah.

Kelima: Perhatian Untuk Guru.

Guru ibarat orang tua kita yang kedua, maka hormatilah guru, maka berbaktilah kepada guru. Dengan setiap doa kebaikan, mengamalkan setiap ilmu yang telah disampaikan, walaupun hanya satu kalimat
Kelima; Perhatian untuk cita-cita dan masa depan.
Selain usaha dan kerja keras, doa merupakan fasilitas yang paling efektif mendukung dan sangat mudah kita lakukan. Maka ungkapkanlah setiap cita-cita dan masa depanmu lewat doa-doa dan munajat kepada Allah semata.
Selanjutnya, buatlah program-program untuk masa depan kamu. Buatlah link dan jaringan yang suatu saat akan membantu kamu mewujudkan setiap cita-cita kamu.
Selanjutnya, Bentuk Perhatian untuk kepentingan-kepentingan orang lain
Organisasi, lingkungan, tugas-tugas sekolah, tugas kerja dan sebagaianya.
Walaupun sifatnya hanya membantu, misalnya, kerjakanlah dengan ikhlas, dengan optimal dan penuh kehati-hatian. Apalagi tugas dan kewajiban. Semua agar menjadi amal ibadah dan tidak sia-sia. Agar kita merasa puas dan orang lainpun puas dengan kinerja kita. Maka kepercayaan, keakraban dan kebahagiaan akan timbul dengan sendirinya, tentu jika semua kita lakukan dengan penuh ketulusan.

Ok…. semua akan dengan mudah kita jalani, jika kita tidak sekedar memikirkanya tapi lebih jauh dengan menjalaninya. jalani...jalani...jalani.....

“hidup bukan hanya difikirkan tetapi menjalankan apa yang ada dalam fikiran” segera buat perencanaan, dan segera pula kau amalakan.
I’malu fasayarollahu amalakum waa rasulahu wal mu’minun.
Read more...